The Little Girl Is My Girl
.
.
Sedikit cuap-cuap
Fanfic ini
terinspirasi dari mengecilnya Shinichi Kudou yang berubah menjadi Conan Edogawa
dalam serial komik Dektektif Conan. Tapi tenang aja, ini buka fanfic tentang
yang begituan kok—jadi mohon sumbangan idenya dari reader yang membaca, buat
mengembangkan ceritanya J
Dan FF ini 100% FICTION jadi untuk kharakter dkk harap di imajinasikan sendiri
Hahaha
Gomawo
.
.
Summary : Karna suatu alasan yang tidak
bisa dikatakan dalam waktu dekat, kedua orang tua Minseok merubah Minseok ( 16
th ) menjadi Xiumin ( 6 th ). Minseok yang mengecil dititipkan kepada
tetangganya yang juga merupakan teman dari kedua orang tuanya.
.
.
.
Bagaikan mendengar
dan membaca sebuah drama, bagaimana ini bisa terjadi, disaat aku telah
membuatnya menangis—? disaat aku telah melukainya dengan teramat?..maaf, hanya
itu yang bisa ku ucapkan kala melihat kilau liquid bening yang melayang di
udara sebagai tanda rasa sakitmu
.
.
,
Chapter 1
“ Begin!!”
.
.
.
.
#Korea 25 Desember
.
.
“
Chagy!! Chagy, bangun nak!”
Yeoja
itu meleguk sambil mencoba menyadarkan penglihatannya, samar ia melihat seorang
yeoja dan namja yang menatapnya cemas.
“ Appa?
Eoma? Waeyo?”
“ Kau
harus cepat bersembunyi nak—“
“ Wae?”
“ Kami
tidak ada waktu untuk menjelaskannya padamu, ini minum ini!”
Setelah
memberikan memberikan suntikan yang membuat yeoja itu mengerang namja itu
memintanya meminum sebuah kapsul. Dengan cepat ia memindahkan yeoja itu ke
dalam sebuah lemari besi yang berukuran lumayan besar. Namja itu tersenyum
setelah menciumnya—
“ Kau
harus bersembunyi disini untuk beberapa waktu, jangan bersuara jika mereka
tidak meneriakan kata ‘Xiumin’ kau mengerti?”
“ Appa?
Eoma? Ada apa?? Dan kenapa tubuhku terasa seperti terbakar?”
“ Kami
akan menjelaskannya nanti, sekarang keselamatanmu yang utama, jaga dirimu
baik-baik sayang. Kami mencintaimu”
Pintu
itu terkunci meninggalkan yeoja itu mengerang begitu keras sebelum kehilangan
kesadarannya.
“ Apa
tidak apa kita meninggalkannya seperti ini?”
“ Tidak
ada jalan lain, kita tidak bisa membahayakannya untuk sekarang ini—“
Yeoja
baya itu meneteskan air mata memandang sekilas lemari besi yang sudah ditutup
dengan lemari besar dan sebuah lukisan.
“ Kami
mencintaimu, anakku”
.
.
.
#Korea 24 Desember
.
.
.
Pemandangan
itu begitu menyakitkan, bungkusan coklat itu terjatuh dengan cepatnya menyentuh
butiran salju.
“
Sungguh! Aku tidak mencintainya—aku hanya menyukaimu, baby”
“ Tapi
kau berpacaran dengan anak itu, bukankah karna kau menyukainya?”
Namja
tampan itu terkekeh sambil tetap merangkul seorang yeoja cantik dengan rambut
ikal memanjang berwarna coklat keemasan. Mantel merah hati terlihat indah
bersanding dengan dengan sepatu boots yang menutupi hingga lutut menampilkan
bagaimana yeoja itu memiliki selera fasion yang bisa diperhitungkan.
“ Kami
tidak pacaran, aku hanya tidak tega melihatnya sendirian. Apa lagi rumah kami
dekat bahkan mamaku selalu mengajaknya bermain denganku, itu murni karna mamaku
yang cerewet itu”
“ Kau
bahkan menerima pemberiannya—“
“ ini?”
Menunjukkan
sebuah syall yang dipakai, namja itu tersenyum sinis begitu menusuk kala tangan
hangat sang namja melepas syall rajutan itu. Namja itu belum mengetahui
bagaimana seorang yang memberinya syall biru langit itu berdiri tidak jauh
darinya dengan wajah yang tidak bisa dikatakan baik, karna air mata membasahi
pipinya. Seorang yeoja yang mengenakan syall yang sama dengan yang ia berikan
padanya, seorang yeoja yang sudah menghabiskan waktunya untuk membuat sepasang
syall untuk orang yang ia cintai, seorang yang hanya mengenakan seragam sekolah
ditengah dinginnya udara Seoul.
Syall itu tidak menyentuh tanah kala dijatuhkan, syall itu langsung tersangkut
diatas butiran salju dengan warna putih bersih.
“ Kau
mau melihat bagaimana aku membenci menerima ini?? Aku sama sekali tidak
tertarik padanya, namun dia selalu saja mendekatiku dengan berbagai hal yang
membuatku harus bersama dengannya—aku benar-benar membencinya”
Syall
itu bergesekan dengan salju dan sol sepatu dari namja tampan yang beberapa
waktu kemudian menemukan manik coklat hampir tertutup dengan liquid bening yang
entah sejak kapan sudah membanjiri pipinya. Wajah dingin dengan senyum sinis
penuh rasa benci itu perlahan berganti dengan tatapan blank.
“—k—kau—?”
Yeoja
itu tersenyum ditengah tangisnya. Melihat bagaimana jerih payahnya selama 4
hari tidak tidur, 4 hari harus melupakan PR dari guru dan dihukum demi
membuatkan syall itu sama sekali tidak di hargai.
“ jika
tidak menyukai dan membenciku kenapa selalu membuatku merasa membutuhkanmu?
Kenapa kau mengatakan kau menyukaiku? Kenapa tidak mengembalikannya padaku?
Setidaknya kau bisa mengatakan jika kau tidak menyukainya”
Namja
itu terpojok hingga ia mendekati yeoja itu dan memberinya sebuah tamparan.
Sebuah tamparan yang tidak pernah ada di benak masing-masing. Keduanya
sama-sama terdiam dalam kediaman yang entah sejak kapan menjadikan suasana
semakin dingin.
“ –kau
yang tidak tau diri, jadi jangan menyalahkanku akan sikapku padamu—jadi
enyahlah dari pandanganku, Cho Minseok!!”
“ …”
Yeoja
itu hanya menatapnya penuh dengan rasa bersalah sebelum pergi dari pandangan
namja itu.
Namja itu terdiam.
.
.
.
#NOW
.
.
.
“
Xiumin?? Xiumin?? Dimana kau??”
“ Kyu
bilang dia menyembunyikan di dalam berangkas—“
“ Apa dia
gila?? Dia bisa mati! Ini sudah seminggu!!”
Dengan
cepat dua orang berumur setengah baya itu langsung mendorong lemari besar yang
menutupi sebuah lemari besi. Tidak memerlukan waktu yang lama untuk mendapati
pintu besi terbuka tanpa mengeluarkan banyak tenaga untuk menghindari jebakan.
“ Kau
memang jenius untuk urusan bongkar membongkar Huang,”
“ Pujian
bagus, sayang”
Keduanya
terkekeh.
Setelah pintu terbuka mereka menemukan seorang yeoja manis dengan pakaian
kebesaran yang terlelap di dalam lemari. Mereka juga mendapati beberapa bungkus
makanan dan minuman yang berserakan sisekitaran yeoja itu.
“
Sebaiknya kita bawa ke rumah sakit”
.
.
Manik
indah itu mulai terlihat kala mendapatkan cahaya matahari yang cukup
menyilaukan, dengan teramat malas yeoja itu membuka matanya. Saat kesadarannya
sudah penuh, mata itu melebar kaget.
.
.
“ Bagaimana aku bisa disini??
Dimana aku??”
.
.
Dia
menoleh-noleh ke segala arah namun tidak menemukan apapun kecuali seorang
perawat yang baru datang dan tersenyum ramah padanya.
“ Kau
sudah bangun adik kecil? Bibi dan pamanmu membawamu kesini sebelum kau
kehilangan kesadaranmu. Dokter bilang kau dehidrasi dan kekurangan banyak
oksigen—lain kali jangan main petak umpet di tempat yang jarang di pakai ne?”
.
.
“ Eh? Adik kecil?”
.
.
Yeoja
itu mengerjap imut.
Matanya kembali melebar, ia ingat bagaimana ia terbangun dengan tubuh kecilnya
setelah beberapa jam pingsan di dalam ruang kecil sebuah lemari besi milik sang
appa.
.
.
“ Apa yang terjadi denganku?
Kenapa aku kembali ke saat aku berumur 7 tahun?”
.
.
Yeoja
itu—Cho Minseok, seorang yeoja manis berumur 16 tahun yang kini berubah menjadi
seorang bocah imut dan menggemaskan. Minseok ingat kata-kata terahir yang
appanya katakan sebelum menutup pintu besi yang mengurungnya. Sang appa memintanya
untuk tetap diam hingga seseorang memanggilkan kata ‘Xiumin’ ia juga berpesan
agar Minseok menyembunyikan identitasnya sebagai Minseok dan memakai nama
‘Xiumin’ sebagai nama panggilannya.
Minseok menggeleng mencoba mengingat-ingat apa lagi yang appanya katankan
untuknya.
‘CEKLEK’
Seorang yeoja muncul dari balik pintu beriringan dengan seorang namja tampan
dan berwibawah yang mengekor dibelakangnya.
“
alaa~cute!!!”
Pekik
sang yeoja.
Minseok mengerjapkan matanya beberapa kali saat menerima cubitan di pipinya.
“ Aku
tidak pernah tau jika Kyuhyun dan Sungmin punya anak selain Minseok”
Guman
sang namja.
Minseok kenal siapa namja dan yeoja yang tersenyum ke arahnya dengan senyuman
tulus, keduanya adalah tetangganya saat ia berada di korea.
“
anu—dimana aku?”
Tanya
Minseok.
“
imuuutt!!! Hangeng, aku tidak tau mengapa tapi yang aku tau Xiumin sangat
imuttt”
Minseok
harus berkali-kali menerima cubitan dipipi cubbynya.
Dia ingat sekali kelakuan Kim Heechul merupakan tetangga yang memiliki rumah di
samping rumahnya. Heechul adalah seorang desainer handal yang memiliki berapa
pangsa di berbagai negara, konseksinya tidak hanya di asia melainkan di Eropa
dan Amerika. Dan namja di sampingnya adalah suaminya, Huang Hangeng. Seorang
bisnisman yang tidak diragukan lagi mental bisnis yang dimilikinya terlebih
dengan perusahaan wine yang memiliki cabang dimana-mana, khususnya di kawasan
Amerika, Cina dan Jepang. Meski dia juga memiliki perusahaan di korea.
Pintu terbuka menampilkan seorang namja bertubuh tinggi yang tersenyum ke pada
mereka.
“ Hyung,
noona bisakah kalian meninggalkan kami? Aku ingin memeriksa keadaannya”
“ oh?
Tentu saja, aku dan Hanny akan kembali setelah berbelanja untuknya”
Namja
bertagname ‘Zhoumi’ itu mengangguk setelah keduanya pergi.
Zhoumi menatap Minseok dari atas hingga bawah, tersenyum tulus dengan mata yang
terus tertuju pada Minseok.
“ Kyu
benar-benar melakukan ini padamu—“
“
me—melakukan apa?”
Tanya
Minseok kaget.
“ Aku
memang tidak tau apa yang ia berikan padamu hingga kau berubah menjadi kecil,
namun yang aku tau dia dan Sungmin benar-benar melindungimu—“
“
Kau—kau tau apa yang terjadi padaku??”
Zhoumi
mengangguk.
“ Kau
adalah Cho Minseok, mana mungkin aku tidak mengenalmu?”
“
tapi—tubuhku sekarang mengecil seperti berumur 7 tahun?? Bahkan aku sendiri
tidak tau apa yang terjadi padaku?”
“ Yang
aku tau, kau hanya perlu percaya pada kedua orang tuamu”
Zhoumi
memberikan beberapa obat untuk Minseok minum.
“ Untuk
sekarang, lebih baik kau tinggal dengan mereka—“
“ MWO?”
“ Aku
yakin, Kyuhyun mempercayakanmu pada mereka. Dan lagi—akan lebih kacau jika kau
pergi bersamaku atau bersama yang lain”
Mendengar
ucapan Zhoumi, Minseok hanya bisa mengangguk.
“
dokter, sebenarnya apa yang terjadi? Kenapa saat aku liburan di Shanghai,
tiba-tiba appa memberikanku kejutan? Apa ini permainan?”
“ aku
tidak tau bagaimana harus menjelaskanya padamu, tapi sungguh. Kau harus
mempercayai kedua orang tuamu dan melajutkan hidupmu dengan identitas baru”
“ tapi
aku—“
Zhoumi
meraih tangan Minseok dan menggenggamnya.
“ Aku
sebagai ilmuan meminta maaf padamu atas nama Kyuhyun dan Sungmin, aku meminta
maaf karna tidak bisa menjelaskan sedetail yang kau inginkan. Kalau kami bisa,
kami ingin sekali menjelaskannya hingga ke detail yang terkecil sekalipun.
Namun kami tidak bisa, kami tidak ingin membahayakan nyawa orang-orang yang
kami sayangi. Bagi kami para ilmuan, nyawa kami tidak berarti apapun jika nyawa
orang-orang yang kami cintai dan kami sayangi terancam. Itulah yang peluh kau
ingat dan kau mengerti. Akan ada saat kau akan mengetahui segalanya,
bersabarlah”
“ Sampai
kapan?”
Zhoumi
menggeleng.
“ Sampai
batas tak tertentu—mianata”
.
.
.
Minseok
menatap nanar pada rumah mewah yang berada di hadapannya, sungguh ia berlari ke
rumah sederhana yang ada di samping rumah mewah dengan ornament khas cina yang
perpadu dengan Korea dan Eropa. Hari ini Hangeng dan Heechul membawanya kembali
ke korea, setelah membelanjakan keperluan Minseok, mereka membawa Minseok ke rumah
megah keluarga Huang.
“ Kenapa
sepi sekali? Apa anak-anak sedang pergi keluar?”
Tanya
Heechul.
“ Aku
dengar dari bibi Danbi, Luhan sedang pergi keluar bersama teman-temannya, Sehun
sedang belajar kelompok dan si magnae sedang sibuk bersiap ikut kejuaraan wushu
minggu depan”
OH!
Minseok mengutuk bagaimana ia melupakan keluarga Huang? Ia amat mengenalnya
secara personal, meski ia tidak begitu dekat dengan mereka namun ia cukup tau
kharakter mereka. Di mulai dari magnae, seorang yeoja pecinta seni beladiri
yang juga merupakan atlet nasional wushu-seorang yeoja dengan wajah menyeramkan
dan kebaikan hatinya selalu disalah artikan sebagai gertakan oleh
teman-temannya di sekolah. Magnae, Huang Zitao pecinta panda ( 14 tahun ). Anak
kedua atau bisa di sebut sebagai anak tengah-tengah diantara tiga Huang
bersaudara adalah seorang dengan wajah tampan dan dingin, tapi menurut Minseok
dialah orang yang paling bisa di ajak bicara saat ia berada di dalam keluarga
Huang. Namanya Huang Sehun ( 17 tahun ), kadang orang-orang memanggilnya dengan
marga ‘Oh’ sesuai dengan marga neneknya. Tidak suka dengan keramaian, namun
benci kesepian sehingga sering mengganggu Tao. Yang terahir adalah si sulung
alias anak pertama, seorang yang secara bersamaan memiliki pesona seorang pangeran
dengan wajah tampan yang menurun dari sang ayah ( meski Sehun juga tampan ) dan
wajah cantik seorang Heechul, ibunya. Cukup popular di antara gadis-gadis,
kapten futsal—Huang Luhan ( 17 tahun ). Anak pertama yang lahir 2 menit setelah
Sehun. Meskipun secara kelahiran mereka dinyatakan kembar, namun pada
kenyataannya tidak akan ada yang mempercayai jika mereka dilahirkan dengan satu
indung telur yang menaungi mereka.
Minseok menundukkan kepalanya saat melihat foto Luhan terpajang bersama
keluarganya yang lain.
“
Xiumin?? Ada apa? Apa kau lelah??”
Minseok
menggeleng.
“
Hee—mungkin dia lelah, lihatlah wajahnya pucat sekali. Biarkan dia beristirahat
di kamar Tao sebelum anak itu pulang dan kamar untuk Xiumin siap”
“ tapi
nanti Tao??”
“ Aku
yang akan menjelaskan padanya”
Heechul
mengangguk.
“ Tenang
saja, anggap saja ini rumahmu sendiri. Eoni mu juga sering kemari, meski
kelihatannya dia tidak akrab bersama dengan anak-anak itu tapi eonimu sering
menemani mama membuat kue”
‘Mama?’
Ya Heechul memaksa Minseok memanggilnya dengan sebutan ‘mama’ sebagai imbalan
agar dia tidak mencubiti pipi cubby Minseok. Heechul membawa Minseok memasuki
sebuah kamar bernuansa hitam putih dengan sebuah boneka panda besar yang ada di
atas ranjang king size.
“ Tidurlah
di sana ne?”
Setelah
menutup pintu Heechul kembali ke bawah meninggalkan Minseok yang terdiam. Ia
melihat pantulan wajah dan penampilannya secara keseluruhan. Heechul
mendandaninya begitu cantik layaknya seorang putri, lupakan jika membayangkan
pakaian berendra karena Minseok menolaknya mentah-mentah saat Heechul
mengusulkan pakaian tersebut. Kulit putih, bibir cerry dan rambut panjang
sepunggung yang dibuat ikal yang menggantung dan ikut berayun saat tertepa
angin, semuanya nampak begitu asing bagi Minseok. Tapi Minseok masih mengenali
pantulan dirinya di kaca, pantulan dirinya kala berumur 7 atau 6 tahun meski
dengan tampilan yang berbeda dengan yang dulu namun ia masih ingat.
“ Appa,
Eoma, apa yang akan terjadi setelah ini? Dimana kalian?”
.
.
.
Seorang
namja berkulit seputih susu melangkah memasuki rumah dengan wajah bahagia, ia
berlari ke rumah.
“ Mama!!
Papa!!”
Hangeng
yang sedang membantu Heechul di dapur mengarahkan pandangannya pada Sehun yang
berjalan masih dengan seragam sebuah sekolah menengah ke atas yang terkenal
elit di korea. Sekolah yang memiliki tingkatan dari TK hingga ke perguruan
tinggi dalam satu wilayah yang hanya di huni oleh orang-orang terpandang dan
memiliki uang lebih tentunya.
“ Senang
melihat kalian di rumah, ada apa? Apa kalian tidak ada perjalanan bisnis lagi?”
“ Aigo~
tuan muda Huang sedang merajuk eoh??”
Heechul
mencium pipi Sehun setelah mendapati anaknya berada di depan meja makan.
“ mandi
sana—“
“ Ok!
Buatkan aku makan malam yang enak ma!”
Sehun
langsung berlari ke kamarnya yang berada di samping kamar Tao di lantai atas.
Tidak lama sebuah mobil memasuki halaman rumah dan menurunkan seorang pemuda
tampan yang berpenampilan berantakan. Pemuda tampan itu masuk tanpa
memperdulikan kedua orang tuanya yang menatapnya tidak percaya, melihat
penampilan Luhan yang beda dari biasanya.
“ Makan
malam akan siap jam 8, sayang”
“ ne—“
Heechul
mengarahkan pandangannya pada Luhan yang langsung berjalan menaiki tangga.
“ Lu—apa
kau sakit?”
“ Tidak
ada yang perlu kau khawatirkan, karna aku baik-baik saja”
Ucapan
dingin dari Luhan membuat Heechul menatap Hangeng.
Hangeng tersenyum,
“
Mungkin merasa kehilangan Minseok, bukankah selama ini mereka selalu bersama?”
“ Tapi
mereka tidak dekat”
“
Entahlah, itu urusan anak-anak”
Setelah
lama berselang Sehun dan Luhan kembali turun ke meja makan, mereka sudah
terlihat fresh dengan air yang sedikit menetes dari rambut mereka. Hangeng
menggeleng, ia berjalan mengambil handuk dan memberikan kepada dua putranya.
Secara fisik mungkin mereka terlihat beda namun secara kelakuan, keduanya
memiliki kesamaan yang tidak bisa dihindari.
“ Tao
pulang—“
Suara
lesu dari pintu depan membuat mereka menoleh, mereka mendapati seorang yeoja
dengan pakaian khas kendo dengan Shinai yang bertengger manis di belakang
punggungnya berjalan dengan lesu ke arah tangga.
“ Ada
apa baby?”
“ Eh?
Mama? Papa? Kalian sudah pulang?”
Tanyanya
semangat saat melihat Heechul mendekat ke arahnya.
“ Tentu
saja, kenapa dengan wajahmu? Apa yang terjadi dengan pakaianmu? Aku dengar kau
berlatih wushu? Kok menggunakan shinai?”
Yeoja
berlingkar hitam seperti panda itu mempoutkan bibirnya.
“ Tao
kalah taruhan dengan seorang sunbae, ia mengganti seenaknya keahlian Tao
menjadi kendo…”
“
hahahaha kau pasti langsung KO ya kan?”
Tawa Sehun.
“ diam
kau OH SEHUN! Atau ku patahkan lehermu!”
“
hahaha”
“ Mama!”
Seperti
biasa Tao merajuk pada kedua orang tuanya saat Sehun sudah berulah
mengganggunya, dan namja tampan yang menjadi oppanya itu akan langsung terdiam
saat melihat deathglare dari sang mama.
“
sudah-sudah, cepat kau mandi. Makanan akan siap setelah kau turun”
“ OK”
Tao
langsung berjalan menuju ke kamarnya.
Ia meletakkan seluruh barang-barang miliknya di bangku, saat ia ingin berbaring
mata pandanya mengerjap imut.
“
Astaga!! Anabell?”
Dengan
wajah ketakutan Tao turun menemui anggota keluarganya yang lain, ia memeluk
Hangeng yang habis menuangkan sup ke dalam mangkuk.
“ OMO!”
“ Papa!
Ada boneka anabell di kamarku!! Tao takut!!”
“
Anabell?”
Tanya
mereka.
Dengan imut yeoja manis itu menunjuk ke arah kamarnya. Perlahan mereka semua
berjalan ke kamar Tao dan mengamati ruangan privasi Tao. Mereka mengarahkan
pandangan mereka pada satu arah—
“ itu
bonekannya”
Tunjuk
Tao.
Sehun dan Luhan mengarahkan pandangan malasnya ke arah ranjang bermotif panda.
Kening mereka berkerut saat mendapati tubuh mungil di atasnya.
“ Tao
tidak bohong—hueee”
Tao
memeluk Hangeng yang langsung ikut mengarahkan pandangannya.
“ OMO!
Aku melupakan Xiumin!”
Guman
Heechul. Yeoja itu langsung mendekati Xiumin yang masih berbaring di ranjang
Tao.
“ mama!
Nanti dia memakanmu!”
“ tsk,
dia manusia sayang—dan lagi siapa Anabell? Apa temanmu?”
Tao
bergidig ngeri dengan imajinasi aneh dan menakutkan tentang hari-harinya jika
berteman dengan boneka Anabell. Saat Xiumin bergerak Tao sedikit menjerit dan
mengeratkan pelukannya pada Hangeng.
“
eughh—mama?”
Heechul
tersenyum mengusap keringat yang membanjiri kepala Xiumin.
“ kau
tidur nyenyak? Bagaimana jika kita makan malam? Atau kau mau aku memandikanmu?”
“ Eh?”
Semua
orang menatap bingung ke arah Heechul.
Tao mengintip di sela tangannya dan mendapati Heechul sedang berjongkok di
depan seorang yeoja mungil berumur kira-kira 6 atau 7 tahunan.
“ Oke,
karna aku sedang sibuk dan yang menganggur hanya Lulu jadi yang memandikan
Xiumin adalah Lulu!”
“ Apa?”
Luhan,
Sehun dan Tao menatap tidak percaya ke arah Heechul.
“
sekarang mandikan dia, nanti mama jelaskan. Dan Tao cepatlah mandi! Sehun bantu
papamu membereskan kamar untuk Xiumin”
Heechul
menyeret Hangeng dan Sehun bersamaan.
“ Oh ya,
pinjami juga dia piamamu. Mama lupa tidak membelikannya piama—“
Tinggal
Tao dan Luhan yang mengerjapkan matanya tidak percaya.
“ Aku
tidak asing dengan wajahmu—“
Ucap Tao
sebelum meninggalkan Luhan dan Minseok, setelah mendapatkan teriakan dari
Heechul yang mengancam mereka.
“
anu—bisa tunjukkan dimana kamar mandinya?”
Luhan
mengangguk tanpa melepas pandangannya ke sosok Minseok.
“
wa—wae?”
Tanya
Minseok takut-takut.
Luhan hanya menggeleng langsung menarik lengan mungilnya berjalan ke sebuah
kamar. Kamar itu berwarna biru tua dengan beberapa foto yang terpajang rapi di
dinding. Foto Luhan dan keluarganya, jangan lupakan sebuah foto yang terpajang
begitu manis di atas nakas dan di atas meja belajar Luhan. Foto seorang gadis
yang tersenyum malu-malu dengan Luhan yang menatapnya intens tanpa ekspresi,
atau foto keduanya yang sedang tersenyum sambil meniup sebuah lilin.
Luhan berjongkok dihadapan Minseok dan mencoba meraih kancing baju Minseok yang
langsung membuat yeoja itu kaget.
“ a—aku
bisa sendiri!”
Minseok
mendorong Luhan dan segera menutup pintu kamar mandi.
“
wajahnya—begitu familiar”
Bisik
Luhan.
Di dalam kamar mandi Minseok tidak henti-hentinya menarik nafas
panjang-panjang, wajahnya memerah saat mengingat barusan wajahnya dan wajah
Luhan berjarak beberapa senti dengan Luhan yang nyaris menelanjanginya. Minseok
buru-buru mengguyur tubuhnya, ia bingung saat melihat sabun yang berada begitu
tinggi dari tingg badannya.
“ Oh!
Tuhan kenapa aku sama saja pendek meski sudah dua kali berumur seperti sekarang
ini?”
Dengan
terpaksa Minseok memakai pakaiannya lagi, dan menyembulkan kepalanya keluar
kamar mandi, ia melihat Luhan sedang terdiam di depan sebuah sebuah foto.
“
anu—aku—aku tidak bisa meraih sabun—“
Luhan
menoleh, ia kaget dengan wajah Minseok.
“ Minseok??”
“ ne??”
Minseok
kaget saat mendapati Luhan menatapnya tajam. Dan semenjak 15 tahun mengenal
sosok Luhan, baru kali ini ia bisa mendengar Luhan menyebutkan namanya. Ya
Luhan tidak pernah memanggilnya dengan nama, biasanya Luhan hanya memanggilnya
dengan ‘heh kau’, ‘ yeoja itu’, ‘anak itu’ dan itu membuat Minseok kaget.
“
LUHAN!!! 10 menit lagi kau belum keluar
bersama Xiumin, kau akan ku ceburkan ke sungai Han!”
Teriakan
Heechul membuat Luhan sadar.
Luhan menatap Minseok beberapa waktu namun hanya beberapa waktu sebelum ia
masuk ke kamar mandi dan menaruh peralatan mandi di tempat yang bisa Minseok
raih.
.
.
Suasana
makan malam keluarga Huang berubah menjadi sepi saat Heechul mengatakan tentang
siapa Xiumin dan mengapa dia harus tinggal di rumah mereka.
“
tunggu! Dia—dongsaeng Minseok-jie?”
Tanya
Tao.
“ Ne,
lihat saja—dia manis sekali sama seperti Minseokie. Untuk alasan yang lain,
mama tidak harus menyebutkan di tengah makan malam bukan? Toh kalian sendiri
sudah tau jawabannya—“
Heechul
mengarahkan pandangan menusuknya pada ke tiga anaknya. Tao mengangguk semangat
langsung memeluk Minseok yang berada ditengah tempat duduknya dan tempat duduk
Heechul.
“ jadi
Tao punya dongsaeng, ma?”
“ ya,
kalian harus menjaganya seperti dongsaeng sendiri. Besok mama akan mendaftarkan
sekolah di sekolah kalian, jadi kalian harus menjaganya baik-baik”
Minseok
hanya bisa menunduk, suatu hal yang menurutnya gila adalah dia harus menerima
tatapan tajam Luhan. Luhan benar-benar menatapnya hingga Minseok tidak bisa
memakan makanan yang ada di hadapannya. Hangeng yang tau apa yang terjadi pada
Minseok langsung mengarahkan pandangan pada ketiga anaknya, khususnya pada
Luhan.
“ jika
kalian keberatan, mungkin aku akan membujuk mama kalian untuk mengembalikan
Xiumin ke cina”
Ucap Hangeng
saat Heechul pergi ke kamar mandi.
Tidak ada jawaban berarti dari si kembar, sedangkan Tao? Bocah panda itu
tersenyum senang dengan adanya Minseok di rumahnya.
“ malam
ini Minni tidur bersamaku, ma?”
“
sebenarnya—aku sedikit khawatir dia mati olehmu, jadi aku berpikir untuk
menidurkannya di kamar Luhan. Tapi melihat sepertinya anakku yang tampan satu
itu menatapnya seakan ingin memakannya, aku jadi lebih khawatir—“
Heechul
yang sudah kembali mengangguk-angguk setuju.
.
.
.
Dengan
diantar mobil mewah keluarga Huang, Minseok turun mengikuti langkah kaki
Heechul, sebenarnya Heechul ingin menggendong Minseok layaknya anak berusia 2-3
tahunan namun Minseok menolak. Ia masih merasa segan dengan keberadaannya di
keluarga Huang terlebih dengan cerita yang buruk antara dia dan Luhan sebelum
tubuhnya mengecil.
Setelah masalah administrasi selesai, Minseok masuk ke kelas dimana ia pernah
satu kelas bersama Luhan. Ya pertama kali bertemu dengan Luhan adalah saat itu
ia juga menjadi murid pindahan dari cina, ia masih ingat dengan bangku yang
bisa membuatnya menghadap ke jendela tanpa ketahuan untuk memandangi Luhan.
Minseok berkenalan menggunakan bahasa mandarin dan berpura-pura kesulitan
menggunakan bahasa korea. Ia memilih untuk tetap menyendiri dan tidak melibatkan
anak-anak mungil lainnya yang menatapnya tidak percaya pada sosoknya yang
berubah seperti boneka Barbie berkostum kepala panda. Bagaimana bisa? Tentu
saja itu adalah kelakuan Tao. Tadi pagi Heechul sudah bersiap mendandani
Minseok layaknya seorang putri dengan pakaian berendra yang dibelinya entah
dari mana, Minseok berlarian hingga ke kamar Tao dan membuat Tao semangat
mendandaninya manis seperti panda. Dengan lembut Tao juga menata rambut
Minseok—yang sebenarnya Minseokpun bisa menatanya sendiri.
Istirahat
pertama di hari pertama Minseok menjadi seorang murid SD benar-benar
menyenangkan, bagaimana tidak? Yeoja manis itu harus menjawab pertanyaan yang
sangat mudah di jawab oleh anak SMA, dan dengan tepuk tangan meriah Minseok
melenggang pergi untuk ke luar ruangan.
.
.
.
Luhan
menatap jendela, tidak sepenuhnya menatap keluar ruangan karena sebenarnya ia
sedang menatapi bangku kosong yang ada di sampingnya yang terlihat jelas
melalui pantulan jendela.
“ Sehun!
Apa benar Minseok dan keluarganya kecelakaan??”
Tanya
seorang yeoja bermata bulat di depan Sehun.
“ Yang
aku dengar mereka menemukan tiga identitas bersama dengan meledaknya mobil yang
dikendarai orang tua Minseok, mereka jatuh ke jurang di daratan cina”
“
Minseokie—hiks”
Tiga
yeoja yang sedang mengerubungi Sehun adalah teman dekat Minseok, itulah yang
Luhan ketahui.
“
hiks—kenapa juga dia harus ke cina?! Padahal hari itu dia bilang hari
bahagia—hiks”
Seorang
yeoja dengan kuncir kuda datang dengan air mata berlinangan di pipinya. Zhang
Yi Xing atau biasa teman-temannya memangglnya Lay langsung berhambur ke pelukan
tiga yeoja yang sedang memasang wajah murungnya.
“
Sudah-sudah, biarkan dia tenang di sana—“
“ Tapi
tetap saja tidak terima Kai! Bagaimana mungkin dia melupakan janji kami untuk
bermain di malam natal? Aku benar-benar benci ditinggalkan!”
Namja
berkulit tan itu menenangkan yeojachingunya yang sepertinya benar-benar kesal.
Yeoja bernama Byun Baekhyun itu memukul-mukul tubuh namjachingunya dengan
pelan.
Keributan itu teralihkan dengan seorang yang mengagetkan mereka untuk melihat
keatap gedung yang tidak jauh dari kelas mereka.
“ Apa
yang anak itu lakukan?? Apa dia ingin bunuh diri??!”
Dengan
malas Luhan ikut memperhatikan objek pandangan dari teman-teman sekelasnya,
matanya seakan ingin berlari kala melihat seorang yeoja mungil tengah berdiri
di atas pagar pembatas atap.
“
Xiumin?!!”
Guman
Luhan dan Sehun bersamaan.
Tanpa komando keduanya segera berlari menuju gedung untuk sekolah dasar, mereka
berlari sekuat tenaga sambil membayangkan hal aneh yang menurut mereka
menegangkan.
‘BRAKK’
Pintu atap itu didobrak sekenanya oleh Sehun dan Luhan, mereka bisa melihat
Minseok sedikit terlonjak karena ulah mereka.
“ Ya!
Apa yang kau lakukan??! Minni-ah, gege mohon jangan berbuat macam-macam!”
Ucap
Sehun dan Luhan bersamaan. Mereka bisa melihat wajah murung Minseok, hingga air
mata yang belum mengering di pipi cubbynya.
“ a—pa—“
“ KU
BILANG JANGAN BANYAK BERGERAK!!!”
Bentakan
Luhan membuat Minseok sedikit terlonjak, hingga phonsel yang ada di tangannya
terjatuh ke lantai satu.
‘BRUK’
Luhan meraih Minseok kepelukannya.
“ jangan
pergi—aku mohon—“
Baik
Sehun ataupun Minseok hanya bisa menatap bingung pada Luhan yang terus memohon
agar tidak meninggalkannya. Setelah kejadian itu, Luhan membopong Minseok ke
kantin. Dengan perhatian dia bertanya dan menawari Minseok makanan kesukaan
Minseok.
“ Kau
nikmati saja, sepertinya Luhan sedang baik”
Bisik
Sehun.
Setelah makanan tersedia, Luhan menatap Minseok dengan tatapan penuh tanya.
“ apa
yang kau lakukan disana? Bagaimana bocah sepertimu berniat bunuh diri?”
Tanya
Luhan dingin.
Minseok benar-benar takut dengan tatapan dingin dari namja yang ada di
hadapannya hingga ia meletakkan sumpit yang baru saja ia raih dan menunduk.
Entah mengapa hatinya benar-benar sakit saat melihat Luhan menatapnya dengan
tatapan dingin, ia ingat hari terahir mereka bertemu dan ia harus mengakui jika
itu benar-benar hari terdingin yang pernah ia lalui semasa hidupnya. Sehun
mengerutkan keningnya saat melihat air mata yang menetes di tangan mungil
Minseok yang mulai bergetar.
“ Luhan!
Kau tidak bisa membedakan perilakumu saat bersama anak kecil dan orang dewasa?
Kau membuatnya takut!”
Ucap
Sehun tidak kalah dinginnya dengan Luhan. Minseok—entahlah apa yang membuat
yeoja itu berlari meninggalkan dua saudara kembar yang langsung menatap
kepergiannya dengan kaget sebelum mereka mengejarnya.
Minseok takut, Minseok ingin lari—apapun itu ia tidak ingin berada dalam
situasi dingin lagi. Ia sudah membaca berita kematian dirinya dan juga orang
tuanya saat di atap tadi. Itu membuatnya menangis karna mungkin ia tidak bisa
bertemu dengan kedua orang tuanya yang entah kini berada dimana. Minseok terus
berlari hingga tanpa sadar ia tiba di depan rumahnya, tidak menunggu lama
untuknya masuk ke rumah itu dan bersembunyi di kamarnya sediri.
“ apa
yang harus aku lakukan? Kenapa aku begitu takut dengan sikap dingin seseorang?
Atau hanya pada Luhan?”
Minseok
menangis hingga terlelap di atas kasurnya.
Mendengar suara mobil yang sedikit banyak Minseok terbangun, ia melihat
kesekelilingnya semuanya gelap hingga ia bisa melihat sesuatu yang bercahaya di
balik foto yang keluarganya yang berada di atas nakas. Sebuah card dan amplop,
tanpa menunggu lama Minseok pergi menyelinap keluar dari rumahnya dan berjalan
di sebuah taman yang sudah jauh dari rumahnya. Taman itu masih terang
benderang, dengan cahaya lampu—dan masih banyak orang yang berlalu-lalang di
sekitarnya.
Dengan perlahan Minseok membuka amplop dan mengerutkan keningnya mendapati
sebuah surat dengan beberapa kartu.
.
.
Dear anakku,
Bagaimana kabarmu?
Aku harap kau menemukan surat ini
dalam keadaan aman.
Maafkan appa dan eoma yang membuatmu seperti sekarang ini
tapi sungguh, semua karna kami menyayangimu.
Kami harus menghilang sementara untuk membiarkan
berita tentang kematian kita terlupakan semua orang
tolong tunggu kami dengan tenang di rumah keluarga Huang.
Hanya disana kau bisa aman dan kami merasakan kau juga pasti
sangat menyukainya. Kami sudah menitipkanmu disana sebagai
Xiumin, dongsaengmu. Kami juga memberikanmu kartu yang sama
dengan yang bisa kau akses selama ini, meski dengan nama berbeda
namun kau bisa menggunakannya untuk keperluanmu.
Maafkan kami, kami
janji saat kita bertemu kami akan menceritakan
semuanya tanpa terkecuali.
Kami mencintaimu
.
.
Minseok
mendesah setelah membaca surat dari kedua orang tuanya, ia menatap langit.
Musim dingin telah berlalu, namun meskipun begitu hawa dingin tetaplah
menyelimuti Seoul di malam hari.
“ tidak
mungkin aku tinggal di rumah sendirian, meski sudah biasa namun—hah”
Tidak
ada cara lain, Minseok menatap sebuah ATM, Kredit card dan beberapa kartu lain
yang membuatnya serasa tidak memerlukan apapun. Beberapa kali ia harus
memutuskan arah jalan untuk pulang namun langkahnya membawanya memutuskan untuk
berjalan ke arah lain yang berlawanan dengan arah tempat tinggalnya atau
keluarga Huang.
‘BUKKK’
Saat berada di sebuah jalan yang sepi ia mendengar seorang berteriak dengan
kata-kata kasar, mata bulatnya melebar saat ia melihat seorang yeoja yang
diinjak seorang yeoja lain.
“ Tao—“
Bisiknya.
Ia segera berlari ke arah Tao yang ternyata sedang dikeroyok oleh beberapa
orang.
“ jangan
pernah dekat-dekat dengan Oh Sehun! Dan Xi Luhan!! Mereka milik kami!”
“ Dasar
tikus kecil saja sudah bertingkah! Hajar dia!”
Beberapa
namja memakai pakaian khas beladiri kendo maju mengeroyok Tao yang tergeletak
dengan tongkat yang berada jauh darinya. Dengan beberapa kali pemikiran ahirnya
Minseok berlari mengambil tongkat itu dan menghadangnya.
“ anak
kecil?”
“
MAMA!!!! POLISI AJUSSIIII!!! TAO JIE JIE DISINI!!”
Teriakan
Minseok sukses membuat langkah mereka berhenti.
“
polisi?? Kita harus cepat pergi sebelum berurusan dengan mereka”
Yeoja
dan beberapa namja dengan tampang sangar itu berlari menjauh. Setelah merasa
aman Minseok berbalik ke arah Tao yang sedikit sudah bisa melihatnya.
“
Minni??”
Perlahan
Minseok membantu Tao untuk bersandar di dinding dan setelahnya ia memunguti
buku-buku milik Tao yang berserakan di mana-mana.
“ Siapa
mereka?”
“ Bukan
siapa-siapa”
“ Jie
jie!!”
Minseok
memaksa Tao yang sedang memegangi tengkuknya untuk mengatakan sebenarnya.
“ Ya,
anak kecil kau tau apa? Ini masalah orang dewasa—“
Entah
Minseok berada di tubuh normalnya entah di tubuhnya yang sekarang selalu saja
ia tidak diikut sertakan dalam hal apapun.
“
setidaknya kau bilang aku adalah saudaramu, entah aku anak kecil ataupun
dewasa—bukankah saudara harus tetap bersama dalam suatu masalah?”
“ Min—“
“
Minseok eoni selalu mengajariku bagaimana dia membantuku menyelesaikan masalah,
memang dia tidak melakukan apapun saat aku bermasalah—meskipun hanya mendengar
ceritaku, namun itu membuatku lega”
Tao
menatap Minseok yang menundukkan kepalanya. Ia tersenyum,
“
Baiklah, jie jie akan mengatakannya—tapi kita pulang dulu. Dan lagi—bagaimana
kau bisa disini??”
Minseok
mengerjapkan matanya imut.
“ sejak
tadi siang aku tersesat—“
“ Ya
ampun—pasti mama dan papa sedang gempar di rumah!”
Segera
Tao menenteng tasnya namun dengan cepat Minseok meraihnya.
“
Bersama”
Ucap
Minseok seceria ia bisa, ia mengulurkan tongkat Tao untuk membantunya berjalan.
Dan Taopun menyambutnya dengan senang sambil menggandeng tangan kanan Minseok.
.
.
.
Heechul
menatap kedua putranya, ia benar-benar marah dengan hilangnya Minseok. Mereka
sudah mencarinya sejak pertegahan hari yang lalu dan sampai sekarang belum ada
kabar. Hangeng memohon maaf pada seorang guru SD yang datang ke rumahnya dan
memberikan laporan jika Minseok menghilang setelah pelajaran pertaman usai. Ia
juga mengatakan jika menemukan phonsel Minseok hancur di lantai saat ia ingin
pergi mengajar. Dia juga mengatakan ada yang melihatnya berjalan di atas
pembatas atap dan mencoba terjun dari sana.
“
Bagaimana mungkin kalian melakukan itu di depan anak kecil?? Dan kau Luhan,
kenapa kau tidak bisa menahan emosimu? Ayolah, Xiumin masih kecil dan harus
menerima kenyataa dia hanya seorang diri di dunia—dia butuh seseorang yang
membuatnya nyaman!”
Luhan
dan Sehun terdiam.
“ Kami
pulang~”
Suara
koor manis dari Tao dan Minseok membuat Heechul menahan emosinya. Ia berlari ke
arah pintu rumah dan mendapati Tao berjalan menggandeng Minseok.
“ Ya
ampun, Tao? Minni?? Syukurlah kau kembali—“
Heechul
meraih Minseok ke dalam pelukannya membuat Minseok menjatuhkan tas Tao. Setelah
mencium Minseok dengan berlinang air mata Heechul menatap Tao.
“
Babyku?? Kenapa dengan dirimu?”
“
hehehe—gwancana”
Hangeng
yang muncul dari arah ruang tamu langsung mengambil Minseok ke dalam
gendongannya.
“ kau
bantu Tao untuk membersihkan lukannya, aku akan membantu Minseok berbenah—“
Heechul
mengangguk.
Hangeng meletakkan Minseok diatas ranjang kamar tamu yang sekarang sudah
disulap begitu indah dengan warna pink yang mendominasi ruangan. Hangeng
membungkuk di depan Minseok dengan senyum tulus yang menenangkan.
“
maafkan kedua gegemu ne? mereka masih belum bisa menerimamu—“
Minseok
mengangguk. Perlahan Hangeng bangkit untuk mengambil beberapa baju untuk
Minseok yang ia letakkan di samping Minseok.
“ papa—“
“ hemm?”
“ aku
merasa aku tidak sepantasnya berada disini—aku ingin pergi ke kedua orang tuaku
dan eoniku”
“ Ya!
Dengarkan papa. Sekarang kau tidak sendirian, kau masih punya papa dan mama
disini. Dan lagi bukankah kau sudah menganggap Tao saudara? Tadi pagi kalian
begitu akrab kenapa sekarang kau merasa sendiri itu lebih baik? Kami keluargamu,
Min-ah”
Hangeng
tersenyum begitu tulus ke arah Minseok.
“
Kyuhyun selalu mengatakan dia dan Heechul adalah iblis bersaudara, mereka
sama-sama memiliki lidah tajam yang akan menjatuhkan siapapun lawan bicara
mereka. Namun mereka sebenarya adalah orang-orang yang mengatakan apapun yang
mereka rasakan dengan jujur. Jangan melakukan hal berbahaya, aku yakin
keluargamu tidak ingin kau melakukan hal berbahaya”
Setelah
mengacak rambut Minseok, Hangeng keluar kamar.
Langkah Minseok terhenti saat melihat dua namja keluarga Huang berada di
kamarnya saat ia baru saja keluar dari kamar mandi. Ia mengerjapkan matanya
tidak percaya bagaimana Sehun dan Luhan langsung menghampirinya yang sontak
membuatnya memundurkan langkahnya.
“ Kau
takut??”
Minseok
menggeleng, namun kakinya terus melangkah mundur.
“ kami
hanya ingin minta maaf—“
Ucap
Luhan dan Sehun bersamaan.
Minseok sekilas melihat Luhan memandangnya, sekuat tenaga ia lari dari kamarnya
mencoba mencari perlindungan pada siapa saja yang ia temui. Ia menegadahkan
kepalanya setelah merasa sedikit aman.
“ Lu-ge!
Se- ge!!! Kalian menakuti dongsaengku!!!!”
Pekik
Tao saat merasakan Minseok menatapnya dan bersembunyi di belakang kakinya.
“ Ya
Tuhan?! Kau menangis??”
Tao
mencoba merendahkan tinggi badannya untuk menyamakan tingginya dengan Minseok,
meski kakinya terasa nyeri namun ia tidak bisa memungkiri jika ia khawatir
terhadap Minseok.
“ LUHAN!
SEHUN!”
Mendengar
geraman dari Heechul yang berada di belakang Tao dan Minseok kedua namja itu
mengangguk.
“ mian”
.
.
.
.
.
# SEE YAA J
Eothokke?? Lanjut atau enggak
readers???
Kalu banyak yang review lanjut,
autor akan lanjut jika stop kita akan stop sampai disini
.
.
BYE BYE