Pages

Sabtu, 18 Agustus 2018

Please Be Mine ( MinYoon//Meanie//Taeyu//dll)

To Time For One Day

Hello, kita ketemu lagi kkkk
kali ini aku bawa ff baru, yah bagi kalian yang baca dan merasa ini familiar ama ff yang ada di FFn Yuup, ini adalah remake yang aku buat dengan cast berbeda dan tentu saja alur yang berbeda hehehe meskipun nanti bakalan ada yang mungkin ga nyambung tapi aku harap kalian menikmatinya.
see you next Sunday
Happy reading

.
.

“ hemm—jadi nii-chan syuting film baru? Kkkk”
“ mian, karena tidak membalas pesan yang kau kirimkan. Kau sudah makan?”
Pertanyaan di seberang membuat yeoja manis dengan jaket pink itu terkekeh, ia memandang ke arah luar jendela dimana semua terlihat begitu rata. Terlihat jelas sayap pesawat yang ia tumpangi begitu besar, yeoja itu tersenyum.
“ Yoonie sudah makan –nii”
“ apa yang sedang kau lakukan? Nii-chan penasaran—apa ouka-san sedang memasak? Aku rasa sudah waktunya sarapan di sana”
“ nii-chan sedang apa?”
“ aku sedang menunggu pesawat menuju Korea. Hmm, hari yang melelahkan. Oh! Aku sudah mengirimkan video syuting tadi ke account mu. Lihatlah, apa nii-chan tampan?”
Yeoja itu tersenyum melihat video yang baru saja ia download.
“ nii-chan akan selalu tampan”
“ kau benar-benar Kumamoni memuji baby, Oh—aku harus mematikan phonselku. Pesawat akan segera terbang—“
“ ya, bye –ge”
Setelah mengganti mode di phonsel nya menjadi mode penerbangan, Yoongi—yeoja yang sedari tadi tersenyum memperhatikan phonselnya- menyandarkan kepalanya ke sandaran kursi.
“ sampai jumpa –nii”
Bisiknya sambil memejamkan matanya dengan phonsel yang masih memutar video.
.
.
.
.
Shindong menggeleng saat melihat puluhan fans ada di pintu kedatangan internasional.
“ bagaimana ini? Aku sudah lelah menunggu hyung”
Ucap Johnny.
“ baiklah—tidak ada cara lain selain menggunakan pintu keluar dari cina”
Ucap Shindong.
“ baiklah..ups—barangku ada yang ketinggalan di toilet. Kalian duluan saja”
“ tsk, jangan bilang kau kehilangan phonsel lagi?”
Tebak Taeyong.
“ tidak Taeyong, kali ini aku kehilangan Mp4 ku kkkk”
Semua yang ada di sana terkekeh mendengar jawaban dari Suga yang langsung ngacir ke arah toilet. Suga memang sudah terlalu sering kehilangan barang, bukan hanya karena teledor namun sifat pemalasnya jugalah yang membuatnya sering kehilangan barang-barang miliknya.
“ kenapa kau tidak mengingatkannya hyung?”
Tanya Jimin pada Jungkook yang berdiri di sampingnya.
“ kau mulai pikun , bukannya kau dan Suga hyung pergi bersama?”
“ oh? Aku lupa kkk”
Mereka berjalan dengan pelan keluar dari pintu kedatangan dari Jepang, beberapa langkah memang tidak ada yang menyadari namun langkah berikutnya mereka harus siap menerima kilatan blitz kamera menerpa mereka.
“ ah—tidak berhasil”
Gerutu Shindong.
Berjalan pelan dengan fans yang mulai mengikuti mereka.
“ Suga dimana?”
“ entahlah—tanyakan saja pada suaminya”
Jawab Mingyu asal. Mingyu menoleh ke belakang dimana Jimin sedang menatap ke seorang yang berada di belakang nya. Seorang yang sepertinya terganggu dengan adanya banyak kilatan blitz kamera yang membuatnya harus menutup mata. Mingyu mengerjapkan matanya beberapa kali, lalu tersenyum mendekati Jimin .
“ Hyung?? Kau pintar sekali? Kau bahkan memikirkan seperti itu?”
Yoongi menoleh ke arah seorang namja yang berdiri di sampingnya. Ia mengerutkan keningnya, saat seorang namja dengan penutup wajah meraih pundaknya dan membawanya masuk ke sebuah van. Di dalam van Yoongi duduk di samping namja yang kini membuka penutup wajahnya diikuti oleh beberapa namja lain.
“ oh! Astaga, Suga hyung kau cantik sekali?”
Yoongi menampik tangan seorang namja berparas lumayan cantik saat namja itu berusaha menyentuh wajahnya, terlebih ia tidak banyak mengerti tentang bahasa korea.
“ hei—jangan ganggu dia”
“ tsk, Jimin hyung memang sepertinya mencintai Suga hyung—“
“ kalian gila”
Jimin menggeleng lalu memasang earphone di telinganya. Terdengar suara gaduh antara Eunwoo dan Mingyu yang masih menggodanya. Yoongi? Yeoja itu masih berpikir jika ia tengah bermimpi lagi, ia menggeleng sambil melihat video yang ada di phonselnya. Perlahan ia memastikan siapa namja-namja yang ada di dalam van yang membawanya. Ia tidak menemukan seseorang yang kemungkinan ia kenal dari ke 5 namja tampan yang ada di sana.
Sesampainya di dorm, mereka membawa Yoongi memasuki sebuah rumah. Yoongi menoleh ke phonselnya, sedikit takut-takut namun saat melihat gambar yang terpajang di dinding ruang tamu ia menjadi bersemangat meninggalkan koper miliknya di sembarang tempat.
" Kyaaaa!! Niinii!!!!!”
Suara manis Yoongi membuat ke 5 namja yang sedang melepas lelah di ruang TV menoleh ke arahnya. Mereka menatap Yoongi yang sepertinya kegirangan sambil memandangi poster mereka. Dimana 7 namja tampan itu menjadi model utamanya.
“ Hyung?”
Tanya Taeyong dan Jimin.
Kelima namja itu menatap tidak percaya pada Yoongi yang mengeluarkan phonselnya untuk foto bersama dengan gambar mereka.
“ Suga hyung?”
Jimin mengerutkan keningnya lalu tersenyum sekilas.
“ dia—“
‘CEKLEK’
Seorang namja berpipi cubby masuk ke dalam ruangan dengan wajah masam, kulit putih pucatnya terlihat memerah. Suga menggerutu tentang bagaimana ia harus naik taksi dari bandara menunju ke dorm yang jaraknya lebih jauh hingga gerutuannya terputus oleh sosok yang sedang berdiri di dekat poster dirinya.
“ Niiichaaaan!!!!”
Pekikan Yoongi membuat namja tampan itu mengerjapkan matanya.
“Yoon—“
Yoongi berlari memeluk Suga.
“ aku mencintaimuuuuuu”
Suga terkekeh menerima pelukan dari yeoja yang memiliki wajah sama dengannya.
“ aku punya firasat buruk—“
Guman Jimin.
Suga membawa Yoongi ke kamarnya setelah mengenalkan Yoongi pada teman-temannya sekilas. Yoongi tersenyum, memohon pada namja yang hampir memiliki wajah yang sama dengannya. Suga menggeleng menuntut penjelasan dari Yoongi tentang alasan yang membuat dongsaeng kesayangannya bisa berada di Korea.
“ –kau marahan dengan Tousan? Oh-kau benar-benar membangkitkan iblis dari neraka dengan datang kesini. Bagaimana jika Tousan marah padamu?”
Komen Suga setelah mendengar penjelasan dari Yoongi yang kabur dari rumah karena sang Tousan melarangnya menjadi seorang artis. Bagaimana Yoongi membandingkan dirinya dengan Suga yang saat ini menjadi artis dengan fans yang membludak.
“ Tousan benar akan penjelasannya padamu, baby”
“ jadi?”
“ aku tidak bisa membantumu untuk meyakinkan Tousan, dan untuk kau berada di sini aku juga tidak bisa memastikannya—karena kamar ini juga kamar Jimin”
“ nii-chan—sebentar saja. Tousan tidak bisa menemukanku jika aku bersamamu—“
“ Min Yoongi, seorang Min Kyunghoon tidak akan menemukanmu? Kau sedikit meremehkan siapa namja itu”
Yoongi tersenyum.
“ setidaknya dia tidak akan marah padamu”
Yoongi mempoutkan bibirnya, mencoba merajuk pada Suga yang menggeleng, mengeluarkan tatapan memelas yang biasanya ampuh untuk membujuk kakak tercintanya. Hingga ahirnya namja tampan itu melambaikan tangannya pertanda ia menyerah jika harus menerima tatapan memelas dari dongsaengnya.
“ hah, sudahlah. Aku mandi dulu—setelah itu aku akan memikirkan cara untuk membiarkanmu tetap disini”
Yoongi tersenyum kegirangan, ia langsung memeluk Suga sebelum Suga masuk ke kamar mandi.
Yeoja manis itu tiduran di kasur Suga sambil mengamati foto-foto Suga dan teman-teman grubnya. Ia tersenyum melihat seorang yang sangat ia kagumi tersenyum dan terlihat begitu keren di matanya.
“ apa yang membuatmu kemari?”
Pertanyaan dari Jimin membuat Yoongi berjengit. Ia menunjukkan senyum menawannya dan mendekatkan diri pada Jimin yang menatapnya sedikit dingin seperti biasanya. Ya—ia kenal Jimin, karena kadang-kadang Suga akan membiarkannya ngobrol dengan Jimin saat mereka telephonan. Yoongi memang tidak kenal Jimin secara langsung, ia hanya tau jika namja yang tengah memandangnya dengan tatapan datar itu adalah Jimin-teman baik Suga.
“ aku melarikan diri dari rumah—Nii-chan, please ijinkan Yoonie tinggal disini untuk sementara. Kalau tidak papa akan menemukanku dan membunuhku—“
“ kau ada masalah?”
Yoongi mengangguk.
“ please—“
Jimin menatap Yoongi sekilas lalu menyeringai kecil. Melihat bagaimana manisnya Yoongi saat memelas kepadanya dengan mengayunkan tangannya perlahan.
“ baiklah, dengan satu syarat—“
“ apa??? Yoonie akan melakukannya!!!”
Yoongi tersenyum penuh semangat.
“ jadilah pacarku—“
Yoongi mengerjapkan matanya—
“ kau serius?”
“ aku serius—“

Jawab Jimin.













TBC

Sabtu, 14 Februari 2015

The Little Girl Is My Girl 1



The Little Girl Is My Girl
.
.
Sedikit cuap-cuap
Fanfic ini terinspirasi dari mengecilnya Shinichi Kudou yang berubah menjadi Conan Edogawa dalam serial komik Dektektif Conan. Tapi tenang aja, ini buka fanfic tentang yang begituan kok—jadi mohon sumbangan idenya dari reader yang membaca, buat mengembangkan ceritanya J
Dan FF ini 100% FICTION jadi untuk kharakter dkk harap di imajinasikan sendiri
Hahaha
Gomawo
.
.
Summary : Karna suatu alasan yang tidak bisa dikatakan dalam waktu dekat, kedua orang tua Minseok merubah Minseok ( 16 th ) menjadi Xiumin ( 6 th ). Minseok yang mengecil dititipkan kepada tetangganya yang juga merupakan teman dari kedua orang tuanya.
.
.
.
Bagaikan mendengar dan membaca sebuah drama, bagaimana ini bisa terjadi, disaat aku telah membuatnya menangis—? disaat aku telah melukainya dengan teramat?..maaf, hanya itu yang bisa ku ucapkan kala melihat kilau liquid bening yang melayang di udara sebagai tanda rasa sakitmu
.
.
,
Chapter 1
“ Begin!!”
.
.
.
.
#Korea 25 Desember
.
.
“ Chagy!! Chagy, bangun nak!”
Yeoja itu meleguk sambil mencoba menyadarkan penglihatannya, samar ia melihat seorang yeoja dan namja yang menatapnya cemas.
“ Appa? Eoma? Waeyo?”
“ Kau harus cepat bersembunyi nak—“
“ Wae?”
“ Kami tidak ada waktu untuk menjelaskannya padamu, ini minum ini!”
Setelah memberikan memberikan suntikan yang membuat yeoja itu mengerang namja itu memintanya meminum sebuah kapsul. Dengan cepat ia memindahkan yeoja itu ke dalam sebuah lemari besi yang berukuran lumayan besar. Namja itu tersenyum setelah menciumnya—
“ Kau harus bersembunyi disini untuk beberapa waktu, jangan bersuara jika mereka tidak meneriakan kata ‘Xiumin’ kau mengerti?”
“ Appa? Eoma? Ada apa?? Dan kenapa tubuhku terasa seperti terbakar?”
“ Kami akan menjelaskannya nanti, sekarang keselamatanmu yang utama, jaga dirimu baik-baik sayang. Kami mencintaimu”
Pintu itu terkunci meninggalkan yeoja itu mengerang begitu keras sebelum kehilangan kesadarannya.
“ Apa tidak apa kita meninggalkannya seperti ini?”
“ Tidak ada jalan lain, kita tidak bisa membahayakannya untuk sekarang ini—“
Yeoja baya itu meneteskan air mata memandang sekilas lemari besi yang sudah ditutup dengan lemari besar dan sebuah lukisan.
“ Kami mencintaimu, anakku”
.
.
.
#Korea 24 Desember
.
.
.
Pemandangan itu begitu menyakitkan, bungkusan coklat itu terjatuh dengan cepatnya menyentuh butiran salju.
“ Sungguh! Aku tidak mencintainya—aku hanya menyukaimu, baby”
“ Tapi kau berpacaran dengan anak itu, bukankah karna kau menyukainya?”
Namja tampan itu terkekeh sambil tetap merangkul seorang yeoja cantik dengan rambut ikal memanjang berwarna coklat keemasan. Mantel merah hati terlihat indah bersanding dengan dengan sepatu boots yang menutupi hingga lutut menampilkan bagaimana yeoja itu memiliki selera fasion yang bisa diperhitungkan.
“ Kami tidak pacaran, aku hanya tidak tega melihatnya sendirian. Apa lagi rumah kami dekat bahkan mamaku selalu mengajaknya bermain denganku, itu murni karna mamaku yang cerewet itu”
“ Kau bahkan menerima pemberiannya—“
“ ini?”
Menunjukkan sebuah syall yang dipakai, namja itu tersenyum sinis begitu menusuk kala tangan hangat sang namja melepas syall rajutan itu. Namja itu belum mengetahui bagaimana seorang yang memberinya syall biru langit itu berdiri tidak jauh darinya dengan wajah yang tidak bisa dikatakan baik, karna air mata membasahi pipinya. Seorang yeoja yang mengenakan syall yang sama dengan yang ia berikan padanya, seorang yeoja yang sudah menghabiskan waktunya untuk membuat sepasang syall untuk orang yang ia cintai, seorang yang hanya mengenakan seragam sekolah ditengah dinginnya udara Seoul.
Syall itu tidak menyentuh tanah kala dijatuhkan, syall itu langsung tersangkut diatas butiran salju dengan warna putih bersih.
“ Kau mau melihat bagaimana aku membenci menerima ini?? Aku sama sekali tidak tertarik padanya, namun dia selalu saja mendekatiku dengan berbagai hal yang membuatku harus bersama dengannya—aku benar-benar membencinya”
Syall itu bergesekan dengan salju dan sol sepatu dari namja tampan yang beberapa waktu kemudian menemukan manik coklat hampir tertutup dengan liquid bening yang entah sejak kapan sudah membanjiri pipinya. Wajah dingin dengan senyum sinis penuh rasa benci itu perlahan berganti dengan tatapan blank.
“—k—kau—?”
Yeoja itu tersenyum ditengah tangisnya. Melihat bagaimana jerih payahnya selama 4 hari tidak tidur, 4 hari harus melupakan PR dari guru dan dihukum demi membuatkan syall itu sama sekali tidak di hargai.
“ jika tidak menyukai dan membenciku kenapa selalu membuatku merasa membutuhkanmu? Kenapa kau mengatakan kau menyukaiku? Kenapa tidak mengembalikannya padaku? Setidaknya kau bisa mengatakan jika kau tidak menyukainya”
Namja itu terpojok hingga ia mendekati yeoja itu dan memberinya sebuah tamparan. Sebuah tamparan yang tidak pernah ada di benak masing-masing. Keduanya sama-sama terdiam dalam kediaman yang entah sejak kapan menjadikan suasana semakin dingin.
“ –kau yang tidak tau diri, jadi jangan menyalahkanku akan sikapku padamu—jadi enyahlah dari pandanganku, Cho Minseok!!”
“ …”
Yeoja itu hanya menatapnya penuh dengan rasa bersalah sebelum pergi dari pandangan namja itu.
Namja itu terdiam.
.
.
.
#NOW
.
.
.
“ Xiumin?? Xiumin?? Dimana kau??”
“ Kyu bilang dia menyembunyikan di dalam berangkas—“
“ Apa dia gila?? Dia bisa mati! Ini sudah seminggu!!”
Dengan cepat dua orang berumur setengah baya itu langsung mendorong lemari besar yang menutupi sebuah lemari besi. Tidak memerlukan waktu yang lama untuk mendapati pintu besi terbuka tanpa mengeluarkan banyak tenaga untuk menghindari jebakan.
“ Kau memang jenius untuk urusan bongkar membongkar Huang,”
“ Pujian bagus, sayang”
Keduanya terkekeh.
Setelah pintu terbuka mereka menemukan seorang yeoja manis dengan pakaian kebesaran yang terlelap di dalam lemari. Mereka juga mendapati beberapa bungkus makanan dan minuman yang berserakan sisekitaran yeoja itu.
“ Sebaiknya kita bawa ke rumah sakit”
.
.
Manik indah itu mulai terlihat kala mendapatkan cahaya matahari yang cukup menyilaukan, dengan teramat malas yeoja itu membuka matanya. Saat kesadarannya sudah penuh, mata itu melebar kaget.
.
.
“ Bagaimana aku bisa disini?? Dimana aku??”
.
.
Dia menoleh-noleh ke segala arah namun tidak menemukan apapun kecuali seorang perawat yang baru datang dan tersenyum ramah padanya.
“ Kau sudah bangun adik kecil? Bibi dan pamanmu membawamu kesini sebelum kau kehilangan kesadaranmu. Dokter bilang kau dehidrasi dan kekurangan banyak oksigen—lain kali jangan main petak umpet di tempat yang jarang di pakai ne?”
.
.
“ Eh? Adik kecil?”
.
.
Yeoja itu mengerjap imut.
Matanya kembali melebar, ia ingat bagaimana ia terbangun dengan tubuh kecilnya setelah beberapa jam pingsan di dalam ruang kecil sebuah lemari besi milik sang appa.
.
.
“ Apa yang terjadi denganku? Kenapa aku kembali ke saat aku berumur 7 tahun?”
.
.
Yeoja itu—Cho Minseok, seorang yeoja manis berumur 16 tahun yang kini berubah menjadi seorang bocah imut dan menggemaskan. Minseok ingat kata-kata terahir yang appanya katakan sebelum menutup pintu besi yang mengurungnya. Sang appa memintanya untuk tetap diam hingga seseorang memanggilkan kata ‘Xiumin’ ia juga berpesan agar Minseok menyembunyikan identitasnya sebagai Minseok dan memakai nama ‘Xiumin’ sebagai nama panggilannya.
Minseok menggeleng mencoba mengingat-ingat apa lagi yang appanya katankan untuknya.
‘CEKLEK’
Seorang yeoja muncul dari balik pintu beriringan dengan seorang namja tampan dan berwibawah yang mengekor dibelakangnya.
“ alaa~cute!!!”
Pekik sang yeoja.
Minseok mengerjapkan matanya beberapa kali saat menerima cubitan di pipinya.
“ Aku tidak pernah tau jika Kyuhyun dan Sungmin punya anak selain Minseok”
Guman sang namja.
Minseok kenal siapa namja dan yeoja yang tersenyum ke arahnya dengan senyuman tulus, keduanya adalah tetangganya saat ia berada di korea.
“ anu—dimana aku?”
Tanya Minseok.
“ imuuutt!!! Hangeng, aku tidak tau mengapa tapi yang aku tau Xiumin sangat imuttt”
Minseok harus berkali-kali menerima cubitan dipipi cubbynya.
Dia ingat sekali kelakuan Kim Heechul merupakan tetangga yang memiliki rumah di samping rumahnya. Heechul adalah seorang desainer handal yang memiliki berapa pangsa di berbagai negara, konseksinya tidak hanya di asia melainkan di Eropa dan Amerika. Dan namja di sampingnya adalah suaminya, Huang Hangeng. Seorang bisnisman yang tidak diragukan lagi mental bisnis yang dimilikinya terlebih dengan perusahaan wine yang memiliki cabang dimana-mana, khususnya di kawasan Amerika, Cina dan Jepang. Meski dia juga memiliki perusahaan di korea.
Pintu terbuka menampilkan seorang namja bertubuh tinggi yang tersenyum ke pada mereka.
“ Hyung, noona bisakah kalian meninggalkan kami? Aku ingin memeriksa keadaannya”
“ oh? Tentu saja, aku dan Hanny akan kembali setelah berbelanja untuknya”
Namja bertagname ‘Zhoumi’ itu mengangguk setelah keduanya pergi.
Zhoumi menatap Minseok dari atas hingga bawah, tersenyum tulus dengan mata yang terus tertuju pada Minseok.
“ Kyu benar-benar melakukan ini padamu—“
“ me—melakukan apa?”
Tanya Minseok kaget.
“ Aku memang tidak tau apa yang ia berikan padamu hingga kau berubah menjadi kecil, namun yang aku tau dia dan Sungmin benar-benar melindungimu—“
“ Kau—kau tau apa yang terjadi padaku??”
Zhoumi mengangguk.
“ Kau adalah Cho Minseok, mana mungkin aku tidak mengenalmu?”
“ tapi—tubuhku sekarang mengecil seperti berumur 7 tahun?? Bahkan aku sendiri tidak tau apa yang terjadi padaku?”
“ Yang aku tau, kau hanya perlu percaya pada kedua orang tuamu”
Zhoumi memberikan beberapa obat untuk Minseok minum.
“ Untuk sekarang, lebih baik kau tinggal dengan mereka—“
“ MWO?”
“ Aku yakin, Kyuhyun mempercayakanmu pada mereka. Dan lagi—akan lebih kacau jika kau pergi bersamaku atau bersama yang lain”
Mendengar ucapan Zhoumi, Minseok hanya bisa mengangguk.
“ dokter, sebenarnya apa yang terjadi? Kenapa saat aku liburan di Shanghai, tiba-tiba appa memberikanku kejutan? Apa ini permainan?”
“ aku tidak tau bagaimana harus menjelaskanya padamu, tapi sungguh. Kau harus mempercayai kedua orang tuamu dan melajutkan hidupmu dengan identitas baru”
“ tapi aku—“
Zhoumi meraih tangan Minseok dan menggenggamnya.
“ Aku sebagai ilmuan meminta maaf padamu atas nama Kyuhyun dan Sungmin, aku meminta maaf karna tidak bisa menjelaskan sedetail yang kau inginkan. Kalau kami bisa, kami ingin sekali menjelaskannya hingga ke detail yang terkecil sekalipun. Namun kami tidak bisa, kami tidak ingin membahayakan nyawa orang-orang yang kami sayangi. Bagi kami para ilmuan, nyawa kami tidak berarti apapun jika nyawa orang-orang yang kami cintai dan kami sayangi terancam. Itulah yang peluh kau ingat dan kau mengerti. Akan ada saat kau akan mengetahui segalanya, bersabarlah”
“ Sampai kapan?”
Zhoumi menggeleng.
“ Sampai batas tak tertentu—mianata”
.
.
.
Minseok menatap nanar pada rumah mewah yang berada di hadapannya, sungguh ia berlari ke rumah sederhana yang ada di samping rumah mewah dengan ornament khas cina yang perpadu dengan Korea dan Eropa. Hari ini Hangeng dan Heechul membawanya kembali ke korea, setelah membelanjakan keperluan Minseok, mereka membawa Minseok ke rumah megah keluarga Huang.
“ Kenapa sepi sekali? Apa anak-anak sedang pergi keluar?”
Tanya Heechul.
“ Aku dengar dari bibi Danbi, Luhan sedang pergi keluar bersama teman-temannya, Sehun sedang belajar kelompok dan si magnae sedang sibuk bersiap ikut kejuaraan wushu minggu depan”
OH! Minseok mengutuk bagaimana ia melupakan keluarga Huang? Ia amat mengenalnya secara personal, meski ia tidak begitu dekat dengan mereka namun ia cukup tau kharakter mereka. Di mulai dari magnae, seorang yeoja pecinta seni beladiri yang juga merupakan atlet nasional wushu-seorang yeoja dengan wajah menyeramkan dan kebaikan hatinya selalu disalah artikan sebagai gertakan oleh teman-temannya di sekolah. Magnae, Huang Zitao pecinta panda ( 14 tahun ). Anak kedua atau bisa di sebut sebagai anak tengah-tengah diantara tiga Huang bersaudara adalah seorang dengan wajah tampan dan dingin, tapi menurut Minseok dialah orang yang paling bisa di ajak bicara saat ia berada di dalam keluarga Huang. Namanya Huang Sehun ( 17 tahun ), kadang orang-orang memanggilnya dengan marga ‘Oh’ sesuai dengan marga neneknya. Tidak suka dengan keramaian, namun benci kesepian sehingga sering mengganggu Tao. Yang terahir adalah si sulung alias anak pertama, seorang yang secara bersamaan memiliki pesona seorang pangeran dengan wajah tampan yang menurun dari sang ayah ( meski Sehun juga tampan ) dan wajah cantik seorang Heechul, ibunya. Cukup popular di antara gadis-gadis, kapten futsal—Huang Luhan ( 17 tahun ). Anak pertama yang lahir 2 menit setelah Sehun. Meskipun secara kelahiran mereka dinyatakan kembar, namun pada kenyataannya tidak akan ada yang mempercayai jika mereka dilahirkan dengan satu indung telur yang menaungi mereka.
Minseok menundukkan kepalanya saat melihat foto Luhan terpajang bersama keluarganya yang lain.
“ Xiumin?? Ada apa? Apa kau lelah??”
Minseok menggeleng.
“ Hee—mungkin dia lelah, lihatlah wajahnya pucat sekali. Biarkan dia beristirahat di kamar Tao sebelum anak itu pulang dan kamar untuk Xiumin siap”
“ tapi nanti Tao??”
“ Aku yang akan menjelaskan padanya”
Heechul mengangguk.
“ Tenang saja, anggap saja ini rumahmu sendiri. Eoni mu juga sering kemari, meski kelihatannya dia tidak akrab bersama dengan anak-anak itu tapi eonimu sering menemani mama membuat kue”
‘Mama?’
Ya Heechul memaksa Minseok memanggilnya dengan sebutan ‘mama’ sebagai imbalan agar dia tidak mencubiti pipi cubby Minseok. Heechul membawa Minseok memasuki sebuah kamar bernuansa hitam putih dengan sebuah boneka panda besar yang ada di atas ranjang king size.
“ Tidurlah di sana ne?”
Setelah menutup pintu Heechul kembali ke bawah meninggalkan Minseok yang terdiam. Ia melihat pantulan wajah dan penampilannya secara keseluruhan. Heechul mendandaninya begitu cantik layaknya seorang putri, lupakan jika membayangkan pakaian berendra karena Minseok menolaknya mentah-mentah saat Heechul mengusulkan pakaian tersebut. Kulit putih, bibir cerry dan rambut panjang sepunggung yang dibuat ikal yang menggantung dan ikut berayun saat tertepa angin, semuanya nampak begitu asing bagi Minseok. Tapi Minseok masih mengenali pantulan dirinya di kaca, pantulan dirinya kala berumur 7 atau 6 tahun meski dengan tampilan yang berbeda dengan yang dulu namun ia masih ingat.
“ Appa, Eoma, apa yang akan terjadi setelah ini? Dimana kalian?”
.
.
.
Seorang namja berkulit seputih susu melangkah memasuki rumah dengan wajah bahagia, ia berlari ke rumah.
“ Mama!! Papa!!”
Hangeng yang sedang membantu Heechul di dapur mengarahkan pandangannya pada Sehun yang berjalan masih dengan seragam sebuah sekolah menengah ke atas yang terkenal elit di korea. Sekolah yang memiliki tingkatan dari TK hingga ke perguruan tinggi dalam satu wilayah yang hanya di huni oleh orang-orang terpandang dan memiliki uang lebih tentunya.
“ Senang melihat kalian di rumah, ada apa? Apa kalian tidak ada perjalanan bisnis lagi?”
“ Aigo~ tuan muda Huang sedang merajuk eoh??”
Heechul mencium pipi Sehun setelah mendapati anaknya berada di depan meja makan.
“ mandi sana—“
“ Ok! Buatkan aku makan malam yang enak ma!”
Sehun langsung berlari ke kamarnya yang berada di samping kamar Tao di lantai atas. Tidak lama sebuah mobil memasuki halaman rumah dan menurunkan seorang pemuda tampan yang berpenampilan berantakan. Pemuda tampan itu masuk tanpa memperdulikan kedua orang tuanya yang menatapnya tidak percaya, melihat penampilan Luhan yang beda dari biasanya.
“ Makan malam akan siap jam 8, sayang”
“ ne—“
Heechul mengarahkan pandangannya pada Luhan yang langsung berjalan menaiki tangga.
“ Lu—apa kau sakit?”
“ Tidak ada yang perlu kau khawatirkan, karna aku baik-baik saja”
Ucapan dingin dari Luhan membuat Heechul menatap Hangeng.
Hangeng tersenyum,
“ Mungkin merasa kehilangan Minseok, bukankah selama ini mereka selalu bersama?”
“ Tapi mereka tidak dekat”
“ Entahlah, itu urusan anak-anak”
Setelah lama berselang Sehun dan Luhan kembali turun ke meja makan, mereka sudah terlihat fresh dengan air yang sedikit menetes dari rambut mereka. Hangeng menggeleng, ia berjalan mengambil handuk dan memberikan kepada dua putranya. Secara fisik mungkin mereka terlihat beda namun secara kelakuan, keduanya memiliki kesamaan yang tidak bisa dihindari.
“ Tao pulang—“
Suara lesu dari pintu depan membuat mereka menoleh, mereka mendapati seorang yeoja dengan pakaian khas kendo dengan Shinai yang bertengger manis di belakang punggungnya berjalan dengan lesu ke arah tangga.
“ Ada apa baby?”
“ Eh? Mama? Papa? Kalian sudah pulang?”
Tanyanya semangat saat melihat Heechul mendekat ke arahnya.
“ Tentu saja, kenapa dengan wajahmu? Apa yang terjadi dengan pakaianmu? Aku dengar kau berlatih wushu? Kok menggunakan shinai?”
Yeoja berlingkar hitam seperti panda itu mempoutkan bibirnya.
“ Tao kalah taruhan dengan seorang sunbae, ia mengganti seenaknya keahlian Tao menjadi kendo…”
“ hahahaha kau pasti langsung KO ya kan?”
Tawa Sehun.
“ diam kau OH SEHUN! Atau ku patahkan lehermu!”
“ hahaha”
“ Mama!”
Seperti biasa Tao merajuk pada kedua orang tuanya saat Sehun sudah berulah mengganggunya, dan namja tampan yang menjadi oppanya itu akan langsung terdiam saat melihat deathglare dari sang mama.
“ sudah-sudah, cepat kau mandi. Makanan akan siap setelah kau turun”
“ OK”
Tao langsung berjalan menuju ke kamarnya.
Ia meletakkan seluruh barang-barang miliknya di bangku, saat ia ingin berbaring mata pandanya mengerjap imut.
“ Astaga!! Anabell?”
Dengan wajah ketakutan Tao turun menemui anggota keluarganya yang lain, ia memeluk Hangeng yang habis menuangkan sup ke dalam mangkuk.
“ OMO!”
“ Papa! Ada boneka anabell di kamarku!! Tao takut!!”
“ Anabell?”
Tanya mereka.
Dengan imut yeoja manis itu menunjuk ke arah kamarnya. Perlahan mereka semua berjalan ke kamar Tao dan mengamati ruangan privasi Tao. Mereka mengarahkan pandangan mereka pada satu arah—
“ itu bonekannya”
Tunjuk Tao.
Sehun dan Luhan mengarahkan pandangan malasnya ke arah ranjang bermotif panda. Kening mereka berkerut saat mendapati tubuh mungil di atasnya.
“ Tao tidak bohong—hueee”
Tao memeluk Hangeng yang langsung ikut mengarahkan pandangannya.
“ OMO! Aku melupakan Xiumin!”
Guman Heechul. Yeoja itu langsung mendekati Xiumin yang masih berbaring di ranjang Tao.
“ mama! Nanti dia memakanmu!”
“ tsk, dia manusia sayang—dan lagi siapa Anabell? Apa temanmu?”
Tao bergidig ngeri dengan imajinasi aneh dan menakutkan tentang hari-harinya jika berteman dengan boneka Anabell. Saat Xiumin bergerak Tao sedikit menjerit dan mengeratkan pelukannya pada Hangeng.
“ eughh—mama?”
Heechul tersenyum mengusap keringat yang membanjiri kepala Xiumin.
“ kau tidur nyenyak? Bagaimana jika kita makan malam? Atau kau mau aku memandikanmu?”
“ Eh?”
Semua orang menatap bingung ke arah Heechul.
Tao mengintip di sela tangannya dan mendapati Heechul sedang berjongkok di depan seorang yeoja mungil berumur kira-kira 6 atau 7 tahunan.
“ Oke, karna aku sedang sibuk dan yang menganggur hanya Lulu jadi yang memandikan Xiumin adalah Lulu!”
“ Apa?”
Luhan, Sehun dan Tao menatap tidak percaya ke arah Heechul.
“ sekarang mandikan dia, nanti mama jelaskan. Dan Tao cepatlah mandi! Sehun bantu papamu membereskan kamar untuk Xiumin”
Heechul menyeret Hangeng dan Sehun bersamaan.
“ Oh ya, pinjami juga dia piamamu. Mama lupa tidak membelikannya piama—“
Tinggal Tao dan Luhan yang mengerjapkan matanya tidak percaya.
“ Aku tidak asing dengan wajahmu—“
Ucap Tao sebelum meninggalkan Luhan dan Minseok, setelah mendapatkan teriakan dari Heechul yang mengancam mereka.
“ anu—bisa tunjukkan dimana kamar mandinya?”
Luhan mengangguk tanpa melepas pandangannya ke sosok Minseok.
“ wa—wae?”
Tanya Minseok takut-takut.
Luhan hanya menggeleng langsung menarik lengan mungilnya berjalan ke sebuah kamar. Kamar itu berwarna biru tua dengan beberapa foto yang terpajang rapi di dinding. Foto Luhan dan keluarganya, jangan lupakan sebuah foto yang terpajang begitu manis di atas nakas dan di atas meja belajar Luhan. Foto seorang gadis yang tersenyum malu-malu dengan Luhan yang menatapnya intens tanpa ekspresi, atau foto keduanya yang sedang tersenyum sambil meniup sebuah lilin.
Luhan berjongkok dihadapan Minseok dan mencoba meraih kancing baju Minseok yang langsung membuat yeoja itu kaget.
“ a—aku bisa sendiri!”
Minseok mendorong Luhan dan segera menutup pintu kamar mandi.
“ wajahnya—begitu familiar”
Bisik Luhan.
Di dalam kamar mandi Minseok tidak henti-hentinya menarik nafas panjang-panjang, wajahnya memerah saat mengingat barusan wajahnya dan wajah Luhan berjarak beberapa senti dengan Luhan yang nyaris menelanjanginya. Minseok buru-buru mengguyur tubuhnya, ia bingung saat melihat sabun yang berada begitu tinggi dari tingg badannya.
“ Oh! Tuhan kenapa aku sama saja pendek meski sudah dua kali berumur seperti sekarang ini?”
Dengan terpaksa Minseok memakai pakaiannya lagi, dan menyembulkan kepalanya keluar kamar mandi, ia melihat Luhan sedang terdiam di depan sebuah sebuah foto.
“ anu—aku—aku tidak bisa meraih sabun—“
Luhan menoleh, ia kaget dengan wajah Minseok.
“ Minseok??”
“ ne??”
Minseok kaget saat mendapati Luhan menatapnya tajam. Dan semenjak 15 tahun mengenal sosok Luhan, baru kali ini ia bisa mendengar Luhan menyebutkan namanya. Ya Luhan tidak pernah memanggilnya dengan nama, biasanya Luhan hanya memanggilnya dengan ‘heh kau’, ‘ yeoja itu’, ‘anak itu’ dan itu membuat Minseok kaget.
“ LUHAN!!! 10  menit lagi kau belum keluar bersama Xiumin, kau akan ku ceburkan ke sungai Han!”
Teriakan Heechul membuat Luhan sadar.
Luhan menatap Minseok beberapa waktu namun hanya beberapa waktu sebelum ia masuk ke kamar mandi dan menaruh peralatan mandi di tempat yang bisa Minseok raih.
.
.
Suasana makan malam keluarga Huang berubah menjadi sepi saat Heechul mengatakan tentang siapa Xiumin dan mengapa dia harus tinggal di rumah mereka.
“ tunggu! Dia—dongsaeng Minseok-jie?”
Tanya Tao.
“ Ne, lihat saja—dia manis sekali sama seperti Minseokie. Untuk alasan yang lain, mama tidak harus menyebutkan di tengah makan malam bukan? Toh kalian sendiri sudah tau jawabannya—“
Heechul mengarahkan pandangan menusuknya pada ke tiga anaknya. Tao mengangguk semangat langsung memeluk Minseok yang berada ditengah tempat duduknya dan tempat duduk Heechul.
“ jadi Tao punya dongsaeng, ma?”
“ ya, kalian harus menjaganya seperti dongsaeng sendiri. Besok mama akan mendaftarkan sekolah di sekolah kalian, jadi kalian harus menjaganya baik-baik”
Minseok hanya bisa menunduk, suatu hal yang menurutnya gila adalah dia harus menerima tatapan tajam Luhan. Luhan benar-benar menatapnya hingga Minseok tidak bisa memakan makanan yang ada di hadapannya. Hangeng yang tau apa yang terjadi pada Minseok langsung mengarahkan pandangan pada ketiga anaknya, khususnya pada Luhan.
“ jika kalian keberatan, mungkin aku akan membujuk mama kalian untuk mengembalikan Xiumin ke cina”
Ucap Hangeng saat Heechul pergi ke kamar mandi.
Tidak ada jawaban berarti dari si kembar, sedangkan Tao? Bocah panda itu tersenyum senang dengan adanya Minseok di rumahnya.
“ malam ini Minni tidur bersamaku, ma?”
“ sebenarnya—aku sedikit khawatir dia mati olehmu, jadi aku berpikir untuk menidurkannya di kamar Luhan. Tapi melihat sepertinya anakku yang tampan satu itu menatapnya seakan ingin memakannya, aku jadi lebih khawatir—“
Heechul yang sudah kembali mengangguk-angguk setuju.
.
.
.
Dengan diantar mobil mewah keluarga Huang, Minseok turun mengikuti langkah kaki Heechul, sebenarnya Heechul ingin menggendong Minseok layaknya anak berusia 2-3 tahunan namun Minseok menolak. Ia masih merasa segan dengan keberadaannya di keluarga Huang terlebih dengan cerita yang buruk antara dia dan Luhan sebelum tubuhnya mengecil.
Setelah masalah administrasi selesai, Minseok masuk ke kelas dimana ia pernah satu kelas bersama Luhan. Ya pertama kali bertemu dengan Luhan adalah saat itu ia juga menjadi murid pindahan dari cina, ia masih ingat dengan bangku yang bisa membuatnya menghadap ke jendela tanpa ketahuan untuk memandangi Luhan. Minseok berkenalan menggunakan bahasa mandarin dan berpura-pura kesulitan menggunakan bahasa korea. Ia memilih untuk tetap menyendiri dan tidak melibatkan anak-anak mungil lainnya yang menatapnya tidak percaya pada sosoknya yang berubah seperti boneka Barbie berkostum kepala panda. Bagaimana bisa? Tentu saja itu adalah kelakuan Tao. Tadi pagi Heechul sudah bersiap mendandani Minseok layaknya seorang putri dengan pakaian berendra yang dibelinya entah dari mana, Minseok berlarian hingga ke kamar Tao dan membuat Tao semangat mendandaninya manis seperti panda. Dengan lembut Tao juga menata rambut Minseok—yang sebenarnya Minseokpun bisa menatanya sendiri.
Istirahat pertama di hari pertama Minseok menjadi seorang murid SD benar-benar menyenangkan, bagaimana tidak? Yeoja manis itu harus menjawab pertanyaan yang sangat mudah di jawab oleh anak SMA, dan dengan tepuk tangan meriah Minseok melenggang pergi untuk ke luar ruangan.
.
.
.
Luhan menatap jendela, tidak sepenuhnya menatap keluar ruangan karena sebenarnya ia sedang menatapi bangku kosong yang ada di sampingnya yang terlihat jelas melalui pantulan jendela.
“ Sehun! Apa benar Minseok dan keluarganya kecelakaan??”
Tanya seorang yeoja bermata bulat di depan Sehun.
“ Yang aku dengar mereka menemukan tiga identitas bersama dengan meledaknya mobil yang dikendarai orang tua Minseok, mereka jatuh ke jurang di daratan cina”
“ Minseokie—hiks”
Tiga yeoja yang sedang mengerubungi Sehun adalah teman dekat Minseok, itulah yang Luhan ketahui.
“ hiks—kenapa juga dia harus ke cina?! Padahal hari itu dia bilang hari bahagia—hiks”
Seorang yeoja dengan kuncir kuda datang dengan air mata berlinangan di pipinya. Zhang Yi Xing atau biasa teman-temannya memangglnya Lay langsung berhambur ke pelukan tiga yeoja yang sedang memasang wajah murungnya.
“ Sudah-sudah, biarkan dia tenang di sana—“
“ Tapi tetap saja tidak terima Kai! Bagaimana mungkin dia melupakan janji kami untuk bermain di malam natal? Aku benar-benar benci ditinggalkan!”
Namja berkulit tan itu menenangkan yeojachingunya yang sepertinya benar-benar kesal. Yeoja bernama Byun Baekhyun itu memukul-mukul tubuh namjachingunya dengan pelan.
Keributan itu teralihkan dengan seorang yang mengagetkan mereka untuk melihat keatap gedung yang tidak jauh dari kelas mereka.
“ Apa yang anak itu lakukan?? Apa dia ingin bunuh diri??!”
Dengan malas Luhan ikut memperhatikan objek pandangan dari teman-teman sekelasnya, matanya seakan ingin berlari kala melihat seorang yeoja mungil tengah berdiri di atas pagar pembatas atap.
“ Xiumin?!!”
Guman Luhan dan Sehun bersamaan.
Tanpa komando keduanya segera berlari menuju gedung untuk sekolah dasar, mereka berlari sekuat tenaga sambil membayangkan hal aneh yang menurut mereka menegangkan.
‘BRAKK’
Pintu atap itu didobrak sekenanya oleh Sehun dan Luhan, mereka bisa melihat Minseok sedikit terlonjak karena ulah mereka.
“ Ya! Apa yang kau lakukan??! Minni-ah, gege mohon jangan berbuat macam-macam!”
Ucap Sehun dan Luhan bersamaan. Mereka bisa melihat wajah murung Minseok, hingga air mata yang belum mengering di pipi cubbynya.
“ a—pa—“
“ KU BILANG JANGAN BANYAK BERGERAK!!!”
Bentakan Luhan membuat Minseok sedikit terlonjak, hingga phonsel yang ada di tangannya terjatuh ke lantai satu.
‘BRUK’
Luhan meraih Minseok kepelukannya.
“ jangan pergi—aku mohon—“
Baik Sehun ataupun Minseok hanya bisa menatap bingung pada Luhan yang terus memohon agar tidak meninggalkannya. Setelah kejadian itu, Luhan membopong Minseok ke kantin. Dengan perhatian dia bertanya dan menawari Minseok makanan kesukaan Minseok.
“ Kau nikmati saja, sepertinya Luhan sedang baik”
Bisik Sehun.
Setelah makanan tersedia, Luhan menatap Minseok dengan tatapan penuh tanya.
“ apa yang kau lakukan disana? Bagaimana bocah sepertimu berniat bunuh diri?”
Tanya Luhan dingin.
Minseok benar-benar takut dengan tatapan dingin dari namja yang ada di hadapannya hingga ia meletakkan sumpit yang baru saja ia raih dan menunduk. Entah mengapa hatinya benar-benar sakit saat melihat Luhan menatapnya dengan tatapan dingin, ia ingat hari terahir mereka bertemu dan ia harus mengakui jika itu benar-benar hari terdingin yang pernah ia lalui semasa hidupnya. Sehun mengerutkan keningnya saat melihat air mata yang menetes di tangan mungil Minseok yang mulai bergetar.
“ Luhan! Kau tidak bisa membedakan perilakumu saat bersama anak kecil dan orang dewasa? Kau membuatnya takut!”
Ucap Sehun tidak kalah dinginnya dengan Luhan. Minseok—entahlah apa yang membuat yeoja itu berlari meninggalkan dua saudara kembar yang langsung menatap kepergiannya dengan kaget sebelum mereka mengejarnya.
Minseok takut, Minseok ingin lari—apapun itu ia tidak ingin berada dalam situasi dingin lagi. Ia sudah membaca berita kematian dirinya dan juga orang tuanya saat di atap tadi. Itu membuatnya menangis karna mungkin ia tidak bisa bertemu dengan kedua orang tuanya yang entah kini berada dimana. Minseok terus berlari hingga tanpa sadar ia tiba di depan rumahnya, tidak menunggu lama untuknya masuk ke rumah itu dan bersembunyi di kamarnya sediri.
“ apa yang harus aku lakukan? Kenapa aku begitu takut dengan sikap dingin seseorang? Atau hanya pada Luhan?”
Minseok menangis hingga terlelap di atas kasurnya.
Mendengar suara mobil yang sedikit banyak Minseok terbangun, ia melihat kesekelilingnya semuanya gelap hingga ia bisa melihat sesuatu yang bercahaya di balik foto yang keluarganya yang berada di atas nakas. Sebuah card dan amplop, tanpa menunggu lama Minseok pergi menyelinap keluar dari rumahnya dan berjalan di sebuah taman yang sudah jauh dari rumahnya. Taman itu masih terang benderang, dengan cahaya lampu—dan masih banyak orang yang berlalu-lalang di sekitarnya.
Dengan perlahan Minseok membuka amplop dan mengerutkan keningnya mendapati sebuah surat dengan beberapa kartu.
.
.
Dear anakku,
Bagaimana kabarmu? Aku harap kau menemukan surat ini
dalam keadaan aman.
Maafkan appa dan eoma yang membuatmu seperti sekarang ini
tapi sungguh, semua karna kami menyayangimu.
Kami harus menghilang sementara untuk membiarkan
berita tentang kematian kita terlupakan semua orang
tolong tunggu kami dengan tenang di rumah keluarga Huang.
Hanya disana kau bisa aman dan kami merasakan kau juga pasti
sangat menyukainya. Kami sudah menitipkanmu disana sebagai
Xiumin, dongsaengmu. Kami juga memberikanmu kartu yang sama
dengan yang bisa kau akses selama ini, meski dengan nama berbeda
namun kau bisa menggunakannya untuk keperluanmu.
Maafkan kami, kami janji saat kita bertemu kami akan menceritakan
semuanya tanpa terkecuali.
Kami mencintaimu
.
.
Minseok mendesah setelah membaca surat dari kedua orang tuanya, ia menatap langit. Musim dingin telah berlalu, namun meskipun begitu hawa dingin tetaplah menyelimuti Seoul di malam hari.
“ tidak mungkin aku tinggal di rumah sendirian, meski sudah biasa namun—hah”
Tidak ada cara lain, Minseok menatap sebuah ATM, Kredit card dan beberapa kartu lain yang membuatnya serasa tidak memerlukan apapun. Beberapa kali ia harus memutuskan arah jalan untuk pulang namun langkahnya membawanya memutuskan untuk berjalan ke arah lain yang berlawanan dengan arah tempat tinggalnya atau keluarga Huang.
‘BUKKK’
Saat berada di sebuah jalan yang sepi ia mendengar seorang berteriak dengan kata-kata kasar, mata bulatnya melebar saat ia melihat seorang yeoja yang diinjak seorang yeoja lain.
“ Tao—“
Bisiknya.
Ia segera berlari ke arah Tao yang ternyata sedang dikeroyok oleh beberapa orang.
“ jangan pernah dekat-dekat dengan Oh Sehun! Dan Xi Luhan!! Mereka milik kami!”
“ Dasar tikus kecil saja sudah bertingkah! Hajar dia!”
Beberapa namja memakai pakaian khas beladiri kendo maju mengeroyok Tao yang tergeletak dengan tongkat yang berada jauh darinya. Dengan beberapa kali pemikiran ahirnya Minseok berlari mengambil tongkat itu dan menghadangnya.
“ anak kecil?”
“ MAMA!!!! POLISI AJUSSIIII!!! TAO JIE JIE DISINI!!”
Teriakan Minseok sukses membuat langkah mereka berhenti.
“ polisi?? Kita harus cepat pergi sebelum berurusan dengan mereka”
Yeoja dan beberapa namja dengan tampang sangar itu berlari menjauh. Setelah merasa aman Minseok berbalik ke arah Tao yang sedikit sudah bisa melihatnya.
“ Minni??”
Perlahan Minseok membantu Tao untuk bersandar di dinding dan setelahnya ia memunguti buku-buku milik Tao yang berserakan di mana-mana.
“ Siapa mereka?”
“ Bukan siapa-siapa”
“ Jie jie!!”
Minseok memaksa Tao yang sedang memegangi tengkuknya untuk mengatakan sebenarnya.
“ Ya, anak kecil kau tau apa? Ini masalah orang dewasa—“
Entah Minseok berada di tubuh normalnya entah di tubuhnya yang sekarang selalu saja ia tidak diikut sertakan dalam hal apapun.
“ setidaknya kau bilang aku adalah saudaramu, entah aku anak kecil ataupun dewasa—bukankah saudara harus tetap bersama dalam suatu masalah?”
“ Min—“
“ Minseok eoni selalu mengajariku bagaimana dia membantuku menyelesaikan masalah, memang dia tidak melakukan apapun saat aku bermasalah—meskipun hanya mendengar ceritaku, namun itu membuatku lega”
Tao menatap Minseok yang menundukkan kepalanya. Ia tersenyum,
“ Baiklah, jie jie akan mengatakannya—tapi kita pulang dulu. Dan lagi—bagaimana kau bisa disini??”
Minseok mengerjapkan matanya imut.
“ sejak tadi siang aku tersesat—“
“ Ya ampun—pasti mama dan papa sedang gempar di rumah!”
Segera Tao menenteng tasnya namun dengan cepat Minseok meraihnya.
“ Bersama”
Ucap Minseok seceria ia bisa, ia mengulurkan tongkat Tao untuk membantunya berjalan. Dan Taopun menyambutnya dengan senang sambil menggandeng tangan kanan Minseok.
.
.
.
Heechul menatap kedua putranya, ia benar-benar marah dengan hilangnya Minseok. Mereka sudah mencarinya sejak pertegahan hari yang lalu dan sampai sekarang belum ada kabar. Hangeng memohon maaf pada seorang guru SD yang datang ke rumahnya dan memberikan laporan jika Minseok menghilang setelah pelajaran pertaman usai. Ia juga mengatakan jika menemukan phonsel Minseok hancur di lantai saat ia ingin pergi mengajar. Dia juga mengatakan ada yang melihatnya berjalan di atas pembatas atap dan mencoba terjun dari sana.
“ Bagaimana mungkin kalian melakukan itu di depan anak kecil?? Dan kau Luhan, kenapa kau tidak bisa menahan emosimu? Ayolah, Xiumin masih kecil dan harus menerima kenyataa dia hanya seorang diri di dunia—dia butuh seseorang yang membuatnya nyaman!”
Luhan dan Sehun terdiam.
“ Kami pulang~”
Suara koor manis dari Tao dan Minseok membuat Heechul menahan emosinya. Ia berlari ke arah pintu rumah dan mendapati Tao berjalan menggandeng Minseok.
“ Ya ampun, Tao? Minni?? Syukurlah kau kembali—“
Heechul meraih Minseok ke dalam pelukannya membuat Minseok menjatuhkan tas Tao. Setelah mencium Minseok dengan berlinang air mata Heechul menatap Tao.
“ Babyku?? Kenapa dengan dirimu?”
“ hehehe—gwancana”
Hangeng yang muncul dari arah ruang tamu langsung mengambil Minseok ke dalam gendongannya.
“ kau bantu Tao untuk membersihkan lukannya, aku akan membantu Minseok berbenah—“
Heechul mengangguk.
Hangeng meletakkan Minseok diatas ranjang kamar tamu yang sekarang sudah disulap begitu indah dengan warna pink yang mendominasi ruangan. Hangeng membungkuk di depan Minseok dengan senyum tulus yang menenangkan.
“ maafkan kedua gegemu ne? mereka masih belum bisa menerimamu—“
Minseok mengangguk. Perlahan Hangeng bangkit untuk mengambil beberapa baju untuk Minseok yang ia letakkan di samping Minseok.
“ papa—“
“ hemm?”
“ aku merasa aku tidak sepantasnya berada disini—aku ingin pergi ke kedua orang tuaku dan eoniku”
“ Ya! Dengarkan papa. Sekarang kau tidak sendirian, kau masih punya papa dan mama disini. Dan lagi bukankah kau sudah menganggap Tao saudara? Tadi pagi kalian begitu akrab kenapa sekarang kau merasa sendiri itu lebih baik? Kami keluargamu, Min-ah”
Hangeng tersenyum begitu tulus ke arah Minseok.
“ Kyuhyun selalu mengatakan dia dan Heechul adalah iblis bersaudara, mereka sama-sama memiliki lidah tajam yang akan menjatuhkan siapapun lawan bicara mereka. Namun mereka sebenarya adalah orang-orang yang mengatakan apapun yang mereka rasakan dengan jujur. Jangan melakukan hal berbahaya, aku yakin keluargamu tidak ingin kau melakukan hal berbahaya”
Setelah mengacak rambut Minseok, Hangeng keluar kamar.
Langkah Minseok terhenti saat melihat dua namja keluarga Huang berada di kamarnya saat ia baru saja keluar dari kamar mandi. Ia mengerjapkan matanya tidak percaya bagaimana Sehun dan Luhan langsung menghampirinya yang sontak membuatnya memundurkan langkahnya.
“ Kau takut??”
Minseok menggeleng, namun kakinya terus melangkah mundur.
“ kami hanya ingin minta maaf—“
Ucap Luhan dan Sehun bersamaan.
Minseok sekilas melihat Luhan memandangnya, sekuat tenaga ia lari dari kamarnya mencoba mencari perlindungan pada siapa saja yang ia temui. Ia menegadahkan kepalanya setelah merasa sedikit aman.
“ Lu-ge! Se- ge!!! Kalian menakuti dongsaengku!!!!”
Pekik Tao saat merasakan Minseok menatapnya dan bersembunyi di belakang kakinya.
“ Ya Tuhan?! Kau menangis??”
Tao mencoba merendahkan tinggi badannya untuk menyamakan tingginya dengan Minseok, meski kakinya terasa nyeri namun ia tidak bisa memungkiri jika ia khawatir terhadap Minseok.
“ LUHAN! SEHUN!”
Mendengar geraman dari Heechul yang berada di belakang Tao dan Minseok kedua namja itu mengangguk.
“ mian”
.
.
.
.
.
# SEE YAA J
Eothokke?? Lanjut atau enggak readers???
Kalu banyak yang review lanjut, autor akan lanjut jika stop kita akan stop sampai disini
.
.
BYE BYE